Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Hari Pahlawan

Kisah Mayor Soeyoto Gugur di Medan Babadan Diabadikan di Monumen Lemah Abang Ungaran

Tak banyak yang menyadari, di tepi Jalan Soekarno-Hatta, tepatnya di pertigaan Lemah Abang yang mengarah ke Bandungan.

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: rival al manaf
(TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV)
MONUMEN LEMAH ABANG - Monumen Lemah Abang di pertigaan arah Bandungan di Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Senin (10/11/2025), menjadi penanda peristiwa awal pertempuran antara TKR dan pasukan sekutu pada November 1945. Monumen itu dibangun untuk mengenang gugurnya puluhan pejuang yang dipimpin Mayor Soeyoto, sebelum pertempuran besar meletus di Ambarawa. 

Misi mereka jelas, yakni menghadang pasukan sekutu agar tidak sampai ke Ambarawa dan Magelang.

Jalan antara Babadan dan Ungaran kemudian dilintangi pedati atau gerobak sebagai penghalang. 

Satu peleton pasukan di bawah komando Mayor Soeyoto menghadang konvoi sekutu yang terdiri atas sejumlah truk pasukan dan lima tank.

Saat konvoi itu dihentikan, sempat terjadi percakapan. 

Tentara sekutu mengibarkan bendera merah-putih-biru, namun di antara truk mereka terlihat tentara Jepang bersenjata.

“Kemudian meledaklah pertempuran itu dan Mayor Soeyoto gugur bersama 24 anggota pasukannya dan 21 laskar rakyat,” kata Tri.

Mereka menjadi korban awal dari rangkaian pertempuran besar yang kemudian berlanjut di Ambarawa. 

Jenazah Mayor Soeyoto dimakamkan di Temanggung sehari setelah pertempuran.

Dari Lemah Abang ke Ambarawa

Pertempuran di Babadan dan Lemah Abang ini menjadi satu di antara pemicu dari Pertempuran Ambarawa (20 Oktober-15 Desember 1945) yang monumental itu. 

Kala itu, pasukan NICA dan Sekutu berupaya membebaskan tawanan Belanda di kamp Banyubiru dan Magelang, yang ternyata juga dipersenjatai.

Puncaknya, Pertempuran Ambarawa dimenangkan oleh pasukan Indonesia di bawah komando Kolonel Soedirman kepada Letkol Isdiman.

Tri Subekso menegaskan, peristiwa di Ungaran harusnya diingat sebagai bagian tak terpisahkan dari kisah heroik itu.

“Kalau diibaratkan, Ungaran adalah pintu pertama perlawanan menuju kemenangan di Ambarawa. 

Dari sinilah babak awal perjuangan itu dimulai,” pungkas dia. (*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved