Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pendidikan

Atasi Masalah Sampah Organik, Mahasiswa Undip Kenalkan Tiga Metode Ramah Lingkungan

 Tumpukan sampah menjadi pemandangan yang begitu akrab di sebagian sudut kota di Indonesia, tak terkecuali di Kelurahan Padangsari.

Istimewa
Ekobit - Tim PKM-PM Undip hadirkan “Ekobit”: Inovasi cerdas atasi masalah sampah organik di Desa Padangsari 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tumpukan sampah menjadi pemandangan yang begitu akrab di sebagian sudut kota di Indonesia, tak terkecuali di Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, di mana sebagian besar sampah organik rumah tangga masih berakhir di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) tanpa pengolahan lebih lanjut.

Kondisi ini tidak hanya menimbulkan bau tak sedap, tetapi juga menurunkan kenyamanan dan kebersihan lingkungan sekitar.

Adanya permasalahan sampah organik yang belum terolah dengan baik ini kemudian mendorong lima orang mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip ) yaitu Azzahra Aulia Lampart, Ani Daniah, Alexandra Earlita Prabadewi, Hanadia Rahma Syahidah, dan Ahmad Fadhli Ramadhan hadir membawa harapan bagi warga Desa Padangsari RW XII, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang untuk membantu mengatasi isu sampah organik yang ada.

Baca juga: Pasar Banjarsari Jadi Contoh Pengelolaan Sampah Modern di Kota Pekalongan

Baca juga: Ibu Boncengkan 2 Anak Terlibat Kecelakaan dengan Truk Sampah, Bocah 7 Tahun Tewas Terlindas

Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM), mahasiswa Undip tersebut bergerak dengan mengangkat tema Ekobit: Solusi Sustainable Living dengan Ekoenzim, Biopori, dan Takakura sebagai Metode Pengelolaan Sampah Organik melalui Pemberdayaan PKK Desa Padangsari dalam kegiatan mereka.

Pada program ini, tim PKM-PM Ekobit UNDIP fokus memberikan pelatihan kepada ibu-ibu PKK RW XII Kelurahan Padangsari untuk mengelola sampah organik menjadi barang yang bernilai guna.

"Ekobit hadir sebagai langkah kecil untuk menjaga lingkungan dengan memanfaatkan sampah organik yang biasanya terbuang percuma. Selain mewujudkan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, hasil pengolahannya juga bisa dimanfaatkan kembali oleh masyarakat sebagai pupuk alami dan cairan pembersih rumah tangga. Dari situ kami ingin menumbuhkan kebiasaan hidup berkelanjutan di masyarakat,” ujar Azzahra Aulia Lampart, ketua tim PKM-PM Ekobit Undip kepada tribunjateng.com, Selasa (14/10/2025)

Program Ekobit ini mengenalkan tiga metode pengolahan sampah ramah lingkungan, yaitu pembuatan ekoenzim, penerapan lubang biopori, dan penggunaan komposter takakura, di antaranya, Ecoenzim merupakan cairan hasil fermentasi dari limbah dapur seperti kulit buah dan sayur segar. Cairan ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair alami serta sebagai sabun dan juga pembersih lantai.

Kemudian biopori, adalah lubang resapan vertikal yang dibuat di tanah untuk mengurangi genangan air dan juga membantu proses resapan air ke dalam tanah.

Serta takakura, yang merupakan wadah fermentasi sederhana yang menggunakan keranjang dan sekam untuk mengubah sisa makanan menjadi kompos kering yang bisa diaplikasikan ke tanaman warga.

“Harapan kami setelah program ini berjalan adalah agar masyarakat bisa mengolah sampah organik dengan lebih baik. Kami juga berharap kegiatan ini dapat dimasukkan ke dalam program kerja RW XII ke depannya,” ujar Ibu Djuwariyah Mardjuki, Ketua PKK RW 12 Padangsari.

Sementara itu, salah satu anggota PKK di RW 12, Ibu Siti Hadi Hanifah, juga menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan yang digagas oleh mahasiswa Undip ini.

“Kami berharap masyarakat menjadi lebih sadar untuk tidak membuang sampah organik sembarangan. Semoga ke depan bisa mengurangi volume sampah dan memanfaatkannya secara maksimal,” tuturnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved