Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UIN SAIZU Purwokerto

Pesantren Hijau: Membumikan Ekoteologi dalam Budaya Santri

Pesantren telah lama menjadi jantung pendidikan Islam di Indonesia tempat di mana ilmu, adab, dan spiritualitas tumbuh dalam satu nafas.

Penulis: Adi Tri | Editor: M Zainal Arifin
IST
Pesantren telah lama menjadi jantung pendidikan Islam di Indonesia tempat di mana ilmu, adab, dan spiritualitas tumbuh dalam satu nafas. Di tengah krisis ekologi global yang semakin mengancam mulai dari perubahan iklim, polusi air, hingga deforestasi pesantren kini dihadapkan pada tantangan baru: bagaimana menjaga bumi tanpa kehilangan ruh keagamaannya. 

Oleh: Prof. Dr. Kholid Mawardi, M.Hum, Guru Besar FUAH UIN Saizu Purwokerto

Pesantren telah lama menjadi jantung pendidikan Islam di Indonesia tempat di mana ilmu, adab, dan spiritualitas tumbuh dalam satu nafas. Di tengah krisis ekologi global yang semakin mengancam mulai dari perubahan iklim, polusi air, hingga deforestasi pesantren kini dihadapkan pada tantangan baru: bagaimana menjaga bumi tanpa kehilangan ruh keagamaannya.

Dalam konteks inilah muncul gagasan ekoteologi pesantren, yaitu pandangan keagamaan yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan kepedulian ekologis. Ia menegaskan bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar aktivisme sosial, melainkan bagian dari ibadah dan tanggung jawab sebagai khalifah fil ardl wakil Allah di muka bumi. Spiritualitas, dalam pandangan ini, tidak berhenti di sajadah, tetapi juga menjalar hingga ke akar-akar pohon dan aliran sungai.

Sebagaimana disampaikan oleh Kementerian Agama dalam berbagai program “Pesantren Ramah Lingkungan”, pesantren memiliki potensi besar sebagai agent of change dalam mewujudkan peradaban hijau berbasis nilai Islam. Ekoteologi bukan sekadar konsep, tetapi gerakan moral dan budaya yang lahir dari kitab, berakar di tanah pesantren, dan tumbuh dalam laku keseharian santri.

Fondasi Ekologis dalam Khazanah Kitab Kuning

Nilai-nilai ekologis dalam Islam sejatinya telah lama hidup di pesantren, bahkan jauh sebelum istilah “ekoteologi” dikenal. Meski kitab-kitab klasik tidak memuat bab “Fiqh Lingkungan” secara eksplisit, ajaran-ajaran tentang kesucian, kebersihan, dan tanggung jawab terhadap alam telah tersurat dan tersirat dalam berbagai disiplin ilmu yang diajarkan kepada santri.

1. Kitab Fikih: Kebersihan sebagai Ibadah

Dalam Taqrib, Fathul Qorib, dan Safinatu Najah, bab thaharah (bersuci) bukan hanya soal kebersihan ritual, melainkan refleksi tentang tanggung jawab ekologis. Air tidak boleh dikotori, tempat ibadah harus suci, dan lingkungan mesti terjaga agar ibadah sah di hadapan Allah. Prinsip la dharar wa la dhirār tidak boleh ada perusakan dan bahaya menjadi landasan kuat bahwa merusak alam berarti melanggar nilai syariat. (***)

2. Kitab Hadis: Rasulullah sebagai Teladan Lingkungan

Dalam Riyadush Shalihin, banyak hadis yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW sebagai figur ekologis. Beliau menanam pohon, melarang penebangan sembarangan, dan menyayangi hewan. “Barang siapa menanam pohon, lalu dimakan manusia, hewan, atau burung, maka itu menjadi sedekah baginya,” sabda Nabi. Dari sinilah lahir etika lingkungan Islam yang berpadu dengan kasih sayang universal.

3. Kitab Tafsir: Alam sebagai Ayat Tuhan

Tafsir Al-Ibriz karya KH. Bisri Musthofa menafsirkan ayat-ayat tentang penciptaan dengan bahasa yang membumi. Alam bukan hanya ciptaan, tetapi juga ayatullah tanda-tanda kebesaran Allah. Manusia diperintahkan untuk memakmurkan bumi, bukan menguasainya secara serakah. Tafsir ini membantu santri memahami bahwa mencintai alam berarti membaca tanda-tanda Tuhan dengan hati yang bersih.

4. Kitab Akhlak dan Tasawuf: Ihsan terhadap Alam

Dalam Washoya, Adabul Alim wa Muta‘alim, dan Ta‘lim Muta‘alim, etika dan adab menjadi fondasi kehidupan santri. Akhlak mulia bukan hanya untuk sesama manusia, tetapi juga untuk lingkungan. Konsep ihsan berbuat sebaik-baiknya seolah melihat Allah mengajarkan bahwa menghormati alam adalah bagian dari kesadaran spiritual. Alam bukan benda mati, melainkan bagian dari kosmos dzikir kepada Sang Pencipta.

Baca juga: Rektor UIN Saizu Jadi Pembahas pada Sesi Paralel AICIS 2025: Bahas Hukum Islam dan Isu Gender

Budaya Santri dan Spiritualitas Lingkungan

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved