Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa UIN Walisongo Soroti Matinya Kepakaran dan Krisis Moral Akademik

UKM KSMW UIN Walisongo Semarang menggelar kuliah umum dengan mengangkat tema 'Matinya Kepakaran dan Degradasi Ilmu Pengetahuan'.

TRIBUN JATENG/FRANCISKUS ARIEL SETIAPUTRA
KULIAH UMUM - UKM KSMW UIN Walisongo menggelar kuliah umum bertema 'Matinya Kepakaran dan Degradasi Ilmu Pengetahuan' di Teater Rektorat Kampus III UIN Walisongo Semarang, Selasa (4/11/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Di tengah derasnya arus digital dan budaya instan, sekelompok mahasiswa UIN Walisongo Semarang menggugah kembali kesadaran kritis dunia akademik melalui kajian bertajuk Civics Morality, di Ruang Teater Rektorat Kampus III UIN Walisongo Semarang, Selasa (4/11/2025).

Kuliah umum yang digagas UKM Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) itu mengangkat tema 'Matinya Kepakaran dan Degradasi Ilmu Pengetahuan'.

Kegiatan ini membahas krisis otoritas akademik, menurunnya etika keilmuan, dan tantangan moral dalam pendidikan tinggi masa kini.

Baca juga: Citra Anisatun Nabila, Wisudawan Terbaik UIN Walisongo: Inspirasi Pendidikan dari Keluarga Pengamen

Baca juga: PBI dan PAI UIN Walisongo Gelar Kuliah Internasional GLOBE: Global Connect Lecture Series

Tiga narasumber hadir dalam forum tersebut, yakni Dr Tedi Kholiludin, Prof Mukhsin Jamil, dan Dr Slamet Subekti.

Wakil Rektor III UIN Walisongo Semarang, Dr A Hasan Asy’ari Ulama’i menyebut, kegiatan semacam ini penting untuk menumbuhkan kembali tradisi ilmiah mahasiswa.

"Alhamdulillah kegiatan ilmiah seperti ini tumbuh lagi. Dulu UKM KSMW pernah jadi ikon yang melahirkan intelektual muda."

"Kalau sekarang mereka mengangkat tema tentang matinya kepakaran, itu refleksi dari kegelisahan yang nyata," ujarnya kepada Tribunjateng.com, Selasa (4/11/2025).

Menurutnya, kemajuan teknologi semestinya tidak menjadikan mahasiswa malas berpikir, melainkan mempercepat pengembangan diri. 

"Tantangannya memang budaya instan. Banyak mahasiswa tahu hasil, tapi tidak tahu rumusnya."

"Padahal berpikir logis itu harus dibangun dari tradisi nalar yang kuat," lanjutnya.

Ketua penyelenggara, Kevin Verel Nurreyhan mengatakan, kegiatan ini lahir dari kegelisahan mahasiswa terhadap fenomena merosotnya kualitas berpikir di kalangan akademisi muda.

"Kami melihat kepakaran itu seperti sudah mati, digantikan oleh para influencer. Banyak mahasiswa lebih percaya video tujuh detik di TikTok daripada kuliah para dosen," ujarnya.

Kevin juga menyoroti fenomena ketergantungan pada teknologi tanpa nalar kritis.

Baca juga: HMJ Teknik Lingkungan UIN Walisongo Gelar EnviroTeach 2025: Edukasi Eco-Enzyme di SMPN 31 Semarang

Baca juga: FDK UIN Walisongo Wujudkan Kampus Berdampak Lewat Pelatihan Literasi Digital untuk KWT Srikandi

"Sekarang banyak mahasiswa hanya copy-paste dari ChatGPT tanpa memahami akar ilmunya. Akibatnya, logika berpikir dan metodologi ilmiah menjadi tumpul," imbuhnya.

Kegiatan ini diikuti ratusan peserta secara luring dan daring dari berbagai fakultas di UIN Walisongo.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved