Kembali ke Kearifan Lokal, Warga Kalibening Diimbau Bangun Rumah Panggung yang Tahan Gempa
Tidak butuh biaya super mahal untuk membangun rumah tahan gempa yang sulit dijangkau masyarakat pedesaan
Penulis: khoirul muzaki | Editor: m nur huda
Ya, desain rumah panggung bisa jadi pilihan warga terdampak gempa Kalibening saat merencanakan pembangunan rumah barunya nanti.
Cara itu juga diyakini lebih efisien ketimbang relokasi ratusan KK yang pasti menguras biaya mahal.
Di samping berbiaya besar, pemerintah akan kerepotan mencari lahan yang aman. Tahapan relokasi juga dipastikan bakal ribet dalam prosesnya.
"Kalau biaya relokasi itu sangar tinggi, menurut saya pakai cara kearifan lokal, rumah panggung," katanya.
Karakter rumah panggung disebut Fadlin seperti bangunan tahan gempa. Bangunan tidak ditanam layaknya rumah permanen, namun bersifat menumpang.
Jika terjadi guncangan gempa, struktur bangunan semacam ini hanya bergoyang dan tidak mengalami kerusakan signifikan.
Material bangunan berupa kayu atau bambu juga memengaruhi ketahanan rumah itu karena punya kelenturan terhadap guncangan gempa.
Dengan rumah yang mampu bertahan dari guncangan gempa, keselamatan jiwa penghuninya lebih terjamin, sehingga korban jiwa bisa ditekan jika bencana terjadi sewaktu-waktu.
"Ini juga bisa dijadikan suatu pilot project rumah tradisional tahan gempa,"katanya.
Terbukti, kebanyakan rumah penduduk yang rusak atau hancur di beberapa desa terdampak gempa di Kalibening adalah rumah permanen atau tembok.
Selain hancur, puing bangunan rumah permanen yang terbuat dari material padat dan berat melukai puluhan orang hingga merenggut nyawa.
Sementara masyarakat pedesaan kini berlomba membuat rumah permanen tanpa memerhatikan kondisi alam.
Di desa-desa rawan semisal Kalibening, keberadaan rumah permanen atau beton cukup dominan. Tak ayal, saat gempa terjadi kemarin, dampak kerusakan hampir merata terjadi di setiap rumah penduduk.(*)
