Menelusuri Bisnis Daging Anjing di Jateng : Sehari Sekitar 800 Ekor Anjing Dikonsumsi
Di sejumlah daerah di Jawa Tengah masih ditemukan warung yang menyajikan olahan daging anjing.
Oleh karena itu, potensi penularan rabies justru tinggi pada kelompok masyarakat yang mengolah atau menangani anjing terinfeksi rabies, seperti penjagal dan penjual anjing.
Sejumlah 'rumah pemotongan hewan anjing' masih melakukan kegiatan secara diam-diam.
Seperti yang dilakukan seorang warga di Gilingan Kecamatan Banjarsari Solo.
Seorang pria yang tak bersedia disebutkan namanya, tiap hari bisa mengolah dua-tiga anjing.
Olahan yang dimaksud yakni dari anjing hidup hingga siap menjadi masakan.
Oni, nama samaran, biasa mengeksekusi anjing di belakang rumahnya.
Belakang rumahnya persis terdapat sungai yang bisa dipakainya membuang jeroan atau isi perut anjing.
"Dijual sendiri dan dijual ke orang lain," kata Oni ketika ditanya pemasaran setelah proses olahan daging anjing.
Ketika ditemui, dia tengah membakar bulu halus anjing dengan menggunakan alat seperti peralatan las yang mengeluarkan api di ujungnya.
Timbul bau gosong menyengat.
Setelah membakar satu bagian tubuh, dia menggosoknya pakai cetok supaya bulu halus rontok.
Tidak ada luka sembelihan di tubuh anjing yang berwarna hitam legam itu.
Oni membuat tubuh tak berdaya itu dengan cara memukulnya di bagian kepala. Bukan disembelih.
"Diketok (dipukul) sekali saja, keras, cukup. Langsung mati. Nggak perlu berkali-kali," terangnya.
Untuk mematikan, dia mengikat anjing terlebih dahulu kemudian memasukannya ke dalam karung.