73 Hektar Lahan Puso di Banjarnegara Dapat Klaim Asuransi
Kekeringan bukan hanya membuat masyarakat menderita karena kekurangan air bersih. Para petani pun menjerit karena lahan pertanian tandus hingga
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Kekeringan bukan hanya membuat masyarakat menderita karena kekurangan air bersih.
Para petani pun menjerit karena lahan pertanian tandus hingga pertumbuhan tanaman terganggu.
Petani harus menelan kerugian karena produktifitas lahan menurun hingga gagal panen.
Sebanyak 716 hektar lahan pertanian di Kabupaten Banjarnegara terdampak kekeringan.
Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan Banjarnegara Totok Setya Winarna mengatakan, dari jumlah tersebut, 73 hektar lahan yang mengalami puso sudah diajukan klaim Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
Kebanyakan lahan puso itu berada di wilayah Kecamatan Susukan.
"Bentar lagi klaim turun, awal September cair," katanya
• Agust Sebut Kawasan Technopark Perikanan Kota Pekalongan Tak Boleh Mati
• 4 Toko Hangus Dilalap Api di Babadan Ungaran, Berawal dari Karung Wadah Sandal Terbakar
• Ganjar Akan Bantu Kejati Jateng Ungkap Dugaan Korupsi Bankeu Pemprov di Kendal dan Pekalongan
• Diresmikan 6 Bulan Lalu, Sentra Kuliner Perikanan Kota Pekalongan Makin Sepi dan Ditinggal Pedagang
Dari klaim asuransi itu, petani akan menerima ganti rugi Rp 6 juta untuk setiap hektar yang mengalami gagal panen atau puso.
Uang itu diharapkan bisa membantu meringankan beban petani yang merugi karena gagal panen.
Jumlah petani yang mengasuransikan usaha pertaniannya di Banjarnegara ternyata masih rendah.
Karenanya, ia mendorong para petani untuk mengikuti AUTP agar bisa mengklaim asuransi ketika lahannya puso.
Terlebih, saat kemarau seperti ini, usaha pertanian warga lebih rentan merugi hingga gagal panen lantaran minimnya pasokan air ke lahan.
Bukan hanya usaha pertanian, para petani pun diharapkan bisa mengasuranskan usaha ternaknya semisal sapi untuk mengurangi risiko kerugian usaha.
Di lain sisi, untuk mengurangi risiko gagal panen saat musim kemarau, petani mestinya mengubah pola pengolahan lahannya.
Selama ini petani baru melakukan penyemaian setelah panen selesai.