Derita Jasmin, Dikucilkan Karena Tertular HIV namun Tetap Semangat Dampingi ODHA yang Lain
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tidak jarang mendapat stigma negatif di tengah masyarakat.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: muh radlis
Selama tiga tahun terkahir ini Jasmin telah kembali menikah.
Kini dia juga tengah hamil tujuh bulan.
Dia sama sekali tidak khawatir kalau janin yang dikandungnya bakal mengidap virus layaknya dia.
“Asal nanti saat lahir caesar dan tidak netek ke ibunya,” jelasnya.
Agar virus di tubuhnya tidak menular, Jasmin juga rutin mengonsumsi antiretroviral (ARV).
Obat itu dinilainya ampuh.
Bola Salju
Gejala HIV-AIDS jika tidak ditangani secara tepat akan menjadi fenomena ‘bola salju’.
Semakin lama akan semakin membesar.
Penanganan ini terdiri atas pencegahan agar mereka yang mengidapnya bisa tetap bertahan hidup dan memiliki kepercayaan diri.
Manager Kasus HIV/AIDS Kabupaten Kudus, Eni Mardiyanti mengatakan, sepanjang Januari sampai Agustus 2019 sudah ada 98 kasus HIV/AIDS di Kudus.
Jumlah itu kemungkinan akan terus bertambah.
“Ini September 2019 datanya belum kami rekap,” kata dia.
Menurut Eni, strategi penanganan HIV/AIDS digunakan untuk mencegah dan mengurangi risiko penularannya.
Di antara yang harus dilakukan dalam hal ini yakni dengan meningkatkan kualitas hidup ODHA serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi dakibat HIV/AIDS pada individu maupun masyarakat.
“Ini memerlukan peran aktif pemerintah maupun masyarakat termasuk mereka yang terinfeksi dan terdampak.
Sehingga penanggulangan HIV/AIDS berjalan secara maksimal,” kata Eni. (goz)