Dekat Rumah Bupati Temanggung Hidup Kapten Timnas Sepak Bola Putri Disabilitas yang Jadi Buruh Cuci
Marita Ariani (20) baru saja menyelesaikan setumpuk cucian di rumah saudaranya, ia buru-buru pulang ke rumahnya yang sangat sederhana, untuk berganti
Penulis: yayan isro roziki | Editor: muh radlis
lihat foto
Dari turnamen yang diikuti, Marita dan kawan-kawan hampir selalu menyumbangkan medali.
"Sebelum di India, kita juga bertanding di Abu Dhabi (Ibu Kota Uni Emirat Arab alias UEA).
Di final kita juga ketemu Ukraina, tapi kita kalah 1-2, cuma dapat medali apa ini ya? Perak," ujar putri tunggal pasangan almarhum Andri - almarhumah Anik Rosinah ini.
Sebelumnya, ucap dia, juga sudah sering tanding di berbagai kota di Indonesia.
Di antaranya, sebut Marita, Semarang, Jakarta, Riau, dan lainnya.
"Kalau di luar negeri, selain di India dan Abu Dhabi, pernah ke Malaysia dan Filipina," tuturnya.
Meski menjadi langganan atlet Spesial Olympics Indonesia (SOIna), dan menjadi pemain tim nasional sepak bola putri disabilitas, nasib Marita sehari-hari cukup memprihatinkan.
Ia tak punya pekerjaan tetap yang menjanjikan kehidupan layak.
Untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari, ia lebih sering menjadi buruh cuci di rumah seorang tetangga, yang masih terhitung saudaranya.
Dalam sehari, Marita bisa mengantongi uang antara Rp10.000 - Rp30.000.
Selama ini, ia tinggal bersama eyang putrinya, Sutinah (81), serta paman dan saudara lainnya, di rumah yang sangat sederhana.
Sebagian besar dinding rumah yang berada di gang sempit itu terbuat dari kayu, beberapa di antaranya telah nampak lapuk dimakan usia.
"Kemarin sepulang dari Abu Dhabi dapat bonus Rp10 juta, selesai dari India juga ada, tapi tak seberapa.
Kan dibagi sama tim," ujarnya.
Meski tak punya penghasilan cukup layak, Marita cukup bangga telah bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
