Dilema Petani di Karangkobar Banjarnegara, Disuruh Tanam Kopi tapi Pemkab Tak Sediakan Gudang
Kopi mulai menjadi komoditas andalan di Kabupaten Banjarnegara. Industri kopi dari hulu ke hilir pun tumbuh subur di wilayah yang dikenal rawan
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
Di antaranya melalui penyediaan dugang penyimpanan kopi.
"Pemerintah harus tanggung jawab.
Bukan hanya ngasih bibit, tapi juga mau membeli jika sudah panen,"katanya
Imam sulit membayangkan, pemerintah di satu sisi mencanangkan program penananaman satu juta pohon kopi di beberapa kecamatan.
Tetapi di sisi lain, Pemkab tak memiliki gudang penyimpanan untuk menampung kopi dari petani.
Keberadaan gudang penampungan kopi ini penting bagi petani karena memberikan jaminan untuk pemasaran produk kopi mereka.
Imam optimis, prospek usaha pertanian kopi di Banjarnegara masih menjanjikan meski luasan lahan terus bertambah hingga produk melimpah.
Ia sendiri mengaku kewalahan melayani permintaan kopi dari pengusaha luar kota hingga eksportir.
Produk kopi Banjarnegara pun dinilanya pun sudah cukup melimpah, seribuan ton pertahaun.
Hanya ia menyayangkan kelimpahan produk itu tak diimbangi dengan ketersediaan tempat penyimpanan kopi atau gudang.
Ini sebenarnya menjadi peluang bagi Pemkab Banjarnegara untuk ikut andil dalam industri ini.
Pemkab bisa membangun gudang di bawah naungan perusahaan daerah atau BUMD untuk menampung kopi dari masyarakat.
Hasil dari usaha itu pun bisa menjadi pemasukan bagi daerah.
Selain itu, industri ini mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga pemerintah sekaligus bisa mengurangi pengangguran di Banjarnegara.
"Saya lihat di PTPN Banaran, tenaga kerjanya itu ribuan.
Ada yang bagian sortir, jemur, roasting dan lainnya," katanya. (aqy)