Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Polisi Bripka Second Is Ujiandoko Mengajar Anak-anak Putus Sekolah di Cilacap

Kisah polisi Bripka Second Is Ujiandoko (38), Bhabinkantibmas Desa Maos Lor, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, mengajar anak-anak putus sekolah

Bripka Second Is Ujiandoko (38), Bhabinkantibmas Desa Maos Lor, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, mengajar anak-anak putus sekolah di KBM Widya Bhayangkara

TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Siang nyaris usai, semburat jingga condong ke arah barat langit Cilacap.

Langkah kaki para pemuda itu berjalan beriringan, saling bercanda, mengejek tentang cerita aktivitas masing-masing.

Mereka menuju suatu ruangan, meja dan kursi sudah tertata rapi.

Tak Sadar Perutnya Sudah Tertusuk, Agusta Kejar 2 Begal hingga Daerah Citarum Semarang

Kisah di Balik Desa Fiktif Wonorejo sebelum Kosong, 2 Tahun Lalu Warga Pilih Jual Tanahnya

Kondisi Anastasja Rina Pemeran Mbak Yuni Tukang Ojek Pengkolan, Ganti Penampilan Hingga Tertipu

Intip Ruang Ganti Nia Ramadhani di Rumahnya, Bak Toko Baju

Arena belajar telah siap, anak-anak terlihat membolak-balikan buku sambil menunggu guru.

Tidak lama berselang, sesosok pria berbadan tegap, berkulit sawo matang, dan berseragam datang menghampiri.

Second Is Ujiandoko namanya.

Tanpa basa-basi, pria yang kerap dipanggil Second itu memerintahkan siswa mengambil buku bahasa Inggris di rak lemari.

Sedikit penasaran, seragam yang dikenakan oleh Second seperti tidak asing.

Setelah diamati lebih jauh, ternyata seragam itu berwarna coklat bertuliskan Bhabinkantibmas.

Dialah Bripka Second Is Ujiandoko (38), Bhabinkantibmas Desa Maos Lor, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap yang datang mengajar.

Tak hanya berprofesi sebagai polisi, Second ternyata juga seorang guru bagi murid-muridnya yang kebanyakan putus sekolah.

Perannya sebagai seorang polisi sekaligus guru berawal dari rasa keprihatinannya pada 2017 silam.

Seusai mengajar, Second bercerita jika tingkat kenakalan remaja di Desa Maos Lor cukup tinggi.

"Kala itu, saya menjumpai anak-anak sekitar 10 orang sedang mabok-mabokan.

Di antara mereka seperti anak punk, anak jalanan, dan pengangguran," ujar Second kepada Tribunjateng.com, Minggu (10/11/2019).

Melihat kondisi yang demikian, dia lalu berdialog, melakukan pembinaan dan sosialisasi kepada anak-anak itu.

Rata-rata mereka masih berumur 16-25 tahun yang telah putus sekolah, baik SD, SMP maupun SMA.

Para remaja itu berkeluh kesah kepada Bripka Second tentang betapa susahnya mencari pekerjaan.

Ternyata bukan hanya sekadar susah mencari nafkah.

Permasalahan para remaja itu bertumpuk manakala rata-rata dari mereka berasal dari keluarga ekonomi rendah.

Mereka putus sekolah, tidak dapat ijazah, mendapatkan pekerjaan pun juga susah mengingat syaratnya tidak memenuhi.

Sejak saat itulah Bripka Second bersama dengan aparat desa setempat mencari donatur.

Pada awal 2018 mulai dirintis berdirinya Kelompok Belajar Masyarakat (KBM) Widya Bhayangkara.

Mulailah dia mengumpulkan anak-anak putus sekolah di lingkungan desa untuk mengikuti kelompok belajar setara dengan Paket A, B, C dan keaksaraan.

Kurang lebih ada 50 orang remaja yang berminat dan berhasil dikumpulkan.

Karena keterbatasan tempat, mereka menumpang pada salah satu ruangan di gedung Akademi Kebidanan (Akbid) Dulangmas, Maos.

Sebelum berstatus sebagai polisi, Bripka Second pernah mengenyam bangku kuliah dengan mengambil jurusan pendidikan.

Selain itu, Bripka Second adalah lulusan Asrama Pelajar Islam Kesugihan.

Dia yang kini berumur 38 tahun pernah juga mengajar di MA Minat Kesugihan, Cilacap, selama 4 tahun.

Latar belakang sebagai pengajar itulah yang membuatnya berempati ketika melihat banyak anak putus sekolah karena persoalan biaya.

"Anak yang putus sekolah bisa menjadi salah satu faktor kerawanan sosial dan munculnya kriminalitas," kata Bripka Second.

Program KBM Widya Bhayangkara bekerja sama dengan Pusat Kelompok Belajar Masyarakat (PKBM) Lancar Lestari, milik UPT Pendidikan Kecamatan Kesugihan.

Bekerja sebagai polisi sekaligus guru, Bripka Second mengaku tidak memiliki masalah dalam membagi waktu dengan pekerjaan.

Karena program paket tersebut dilakukan dua kali seminggu, Sabtu dan Minggu.

Pada saat merintis KBM, tidak jarang dia mengeluarkan banyak biaya dari kantong pribadi sebagai modal.

Tidak sedikit pula dari masyarakat desa yang memandang sebelah mata dan pesimis dengan niat Bripka Second tersebut.

"Prinsipnya adalah jangan sampai ada anak yang tidak sekolah.

Soal biaya bisa dipikirkan nanti.

Metode bayarnya siapa saja yang mampu.

Kalau ada rezeki silahkan membayar seikhlasnya.

Kalau tidak ada uang ya tidak apa-apa," jelasnya.

Hingga saat ini total 50 orang yang mengikuti Paket A, B dan C.

Bripka Second mengajar semua jenis mata pelajaran untuk semua kelas.

Dia dibantu oleh 4 temannya sebagai tenaga pendidik.

"Terkait dengan gaji kami tidak ada, paling hanya ada pengganti uang bensin.

Itu pun juga tidak seberapa karena mereka volunteer," ujarnya.

Setelah berjalan satu tahun lebih, KBM Widya Bhayangkara sudah mulai dikenal hingga keluar Cilacap.

Bahkan ada siswa yang berasal dari Kecamatan Sumpiuh, Rawalo, dan Cindaga yang termasuk Kabupaten Banyumas.

Setiap Ramadhan, Second juga menggandeng SMK Budi Utomo Maos dan Pondok Pesantren (Ponpes) Jabal Nur Panisihan Maos membuat program Pesantren Ramadhan Plus.

Dia meminta SMK tersebut menyeleksi siswa yang akan mengikuti program.

Adapun pihak Ponpes diminta untuk memfasilitasi tempat.

Ide program ini di Cilacap termasuk yang pertama.

Second mengaku mencontoh program di Kampung Inggris Pare, Kediri, Jawa Timur, dan Hard Teaching System (HTS) milik Ponpes Al Ikhsan Beji, Kedung Banteng, Banyumas.

Dalam program tersebut, selain ada pendidikan agama Islam di siang hari, juga plusnya yakni HTS yang diadakan di malam hari atau setelah salat tarawih.

Tidak seperti di sekolah, yang lebih banyak di teori, HTS menekankan praktek conversation bahasa Inggris yang bisa digunakan untuk keseharian.

Program ini memiliki tujuan supaya siswa yang di sekolah mendapatkan materi agama sedikit bisa mendapatkan tambahan ilmu di program kilat ini.

"Karena banyak ditemukan, anak-anak SMA yang baca Al-Quran saja tidak bisa," tambahnya.

Salah satu siswa KBM Widya Bhayangkara, Ria Anggi Viola (18), mengaku terbantu adanya kelompok belajar yang dipelopori Bripka Second.

"Saya putus sekolah waktu SMA, sekarang ikut Paket C.

Harapannya lulus dapat ijazah dan mencari pengalaman yang lebih baik lagi," kata Ria.

Berkat semangat, kegigihan serta empati yang dimiliki oleh Bripka Second, sekarang Dusun Buaran, Desa Maos Lor, mengalami perubahan.

Terutama penurunan angka kenakalan remaja.

Kerja keras Bripka Second Is Ujiandoko telah berbuah manis.

Tak heran tahun ini dia menjadi Babinkamtibmas Terbaik atau Polisi Teladan Polres Cilacap, Jawa Tengah. (permata putra sejati)

Pemilik Karaoke Merasa Ditipu Pemilik Lahan, Baru Sebulan Sudah Dibongkar Satpol PP Semarang

Jadwal dan Live Streaming Timnas U19 Vs Korea Utara Malam Ini, Hasil Imbang Loloskan Bagus dkk

Video Kecelakaan Beruntun di Semarang 5 Masuk Rumah Sakit

Big Match Liga Italia Pekan Ini - Diyakini Juventus Menang Mudah Hadapi AC Milan

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved