Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Bebas Kekeringan, BPBD Purbalingga Hentikan Dropping Air Bersih

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga telah menghentikan pengiriman air bersih (dropping) ke desa-desa kekeringan, mulai tanggal 20

Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
IIUSTRASI - Siswa SDN 2 Karangreja rajin bawa air ke sekolah karena kekeringan 

TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga telah menghentikan pengiriman air bersih (dropping) ke desa-desa kekeringan, mulai tanggal 20 November 2019 lalu.

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Purbalingga Muhsoni mengatakan, Kabupaten Purbalingga telah terbebas dari kekeringan sehingga pihaknya menghentikan dropping air bersih ke masyarakat terdampak.

Ini ditandai tidak adanya permintaan bantuan air bersih lagi oleh masyarakat seiring kian meningkatnya intensitas hujan.

"Sudah dihentikan tanggal 20 November.

Sampai sekarang tidak ada permintaan," katanya., Jumat (22/11/2019).

Muhsoni mengatakan, kekeringan tahun ini lebih panjang dari tahun sebelumnya.

Mengintip Proses Produksi Kopi Tahlil Minuman Khas Pekalongan

Dituding Sebagai Agen Investasi China, Begini Jawaban Tegas Luhut Binsar Panjaitan

Mydoctor Pertamina Raih Rekor MURI, Iin : Tingkat Kecelakaan Mobil Tangki Turun Signifikan 50 Persen

Api yang Hanguskan 2 Kandang Ayam di Brebes Diduga Berasal dari Pembakaran Ilalang

Sebaran desa kekeringan pun lebih banyak dengan dampak yang lebih luas di masyarakat.

Pihaknya sempat melakukan dropping ke 104 desa yang dilanda kekeringan di Kabupaten Purbalingga.

Bahkan di awal musim penghujan bulan ini, desa-desa itu sempat masih menerima bantuan air bersih.

BPBD pun harus menambah persediaan air bersih hingga berburu mata air di luar PDAM yang debitnya terus menyusut.

Padahal, tahun sebelumnya, 2018, hingga berakhir musim kemarau, hanya ada 75 desa yang dilanda krisis air bersih.

Menurut Muhsoni, selain sebab kemarau panjang, meluasnya kekeringan tahun ini disinyalir karena perubahan pola tanam di masyarakat.

Ia melihat desa-desa yang sebelumnya tak terdampak kekeringan, kini ikut mengajukan bantuan air bersih.

Ia mencontohkan desa di wilayah Kecamatan Karangreja kini ikut kekeringan hingga kekurangan air bersih.

Ia menengarai berkurangnya tegakan pohon atau alih fungsi lahan dari tanaman keras ke tanaman semusim semisal Nanas jadi satu di antara pemicu kekeringan.

Terlebih, di wilayah itu, pesebaran tanaman itu semakin masif.

"Dulu masyarakat menanam pohon yang menyerap air, kini sudah banyak ditebang diganti nanas.

Yang dulu tidak pernah minta air, kini minta dikirimi air,"katanya

Untuk menekan angka kekeringan ke depan, pihaknya akan mendorong masyarakat agar bisa memanfaatkan sumber mata air yang selama ini belum termanfaatkan.

Ia mencontohkan keberadaan mata air di Desa Tanjungmuli dan wilayah Kutasari yang bisa dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air masyarakat di beberapa desa.

"Nanti dibuat jaringan ke rumah-rumah,"katanya. (aqy)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved