Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pengakuan Orangtua Siswa Saat Anaknya Hadapi UN, Bikin Studio Mata Najwa Bersorak Riuh

Sugiyono, seorang orangtua siswa yang mengungkapkan keluh kesahnya ketika sang anak bersiap untuk menghadapi UN.

Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
YOUTUBE
Pengakuan Orangtua Siswa Saat Anaknya Hadapi UN, Bikin Studio Mata Najwa Bersorak Riuh 

TRIBUNJATENG.COM- Sugiyono, seorang orangtua siswa yang mengungkapkan keluh kesahnya ketika sang anak bersiap untuk menghadapi UN.

Orangtua siswa yang bernama Sugiyono hadir untuk mewakili keresahan para orangtua terhadap anaknya menjelang Ujian Nasional berlangsung.

Sugiyono yang akrab disapa Giono ini mengaku mempunya 3 orang anak.

Dalam tayangan tersebut, Giyono mengungkapkan kondisi anak-anaknya saat menjelang UN.

"Saya ingin ke salah seorang orangtua yang malam ini hadir, ada Pak Giyono, selamat malam Pak Giyono," kata Najwa Shihab.

Sugiyono mengatakan 3 anaknya sudah menghadapi ujian nasional.

Najwa Shihab kemudian langsung menanyakan mengenai efek Ujian Nasional terhadap anak-anak Sugiyono.

Sugiyono mengaku Ujian Nasional cukup berimbas pada kondisi kedehatan anak-anaknya.

Ia mengungkapkan setiap menjelang Ujian Nasional, anak pertamanya kerap mengalami sakit pilek.

Jawaban Sugiono sontak membuat seluruh penonton di studio tertawa.

Sugiyono menduga, kondisi itu timbul akibat pikiran anak-anak yang merasa tertekan dan stres belajar menjelang UN.

Terlebih, ia sendiri menekankan terhadap anak-anaknya agar bisa masuk sekolah negeri.

"Saya juga menekankan supaya anak itu masuk ke sekolah negeri lagi, agar biayanya lebih murah dibandingkan swasta" ujar Sugiyono.

Sementara itu, Sugiyono mengungkapkan mengalami demam ketika persiapan menejelang ujian.

"Yang kedua selalu anget (demam)," kata Sugiyono.

Pernyataannya kali ini kembali membuat orang di studio terkekeh.

Kemudian Sugiyono mengungkapkan kondisi anak ketiganya yang cukup membuat dirinya khawatir.

Sugiyono mengatakan anaknya tersebut sempat mengalami sakit yang cukup serius hingga harus dibawa ke dokter.

Menurut Sugiyono, anak ketiganya itu sempat mengalami sakit gejala tifus saat menjelang UN.

"Itu sampai saya bawa ke dokter, katanya gejala tifus," curhat Sugiyono.

Sugiyono mengaku khawatis pada kondisi anak-anaknya ketika menjelang ujian nasional.

"Itu kita lebih pusing lagi, bagaimana ini anak kok mau menghadapi ujian malah kayak begini," ujar Sugiyono.

Sugiyono menduga beban UN yang menurutnya terlalu berat adalah penyebab anak-anaknya stres dan jatuh sakit.

Sugiyono mengatakan anaknya ingin megikuti bimbel.

Namun, ia tidak sanggup membayar biaya bimbel yang menurutnya cukup mahal, yakni 2,4 juta rupiah.

Akhirnya, pihak sekolah mengadakan kelas tambahan dengan biaya 100 ribu rupiah.

Sebelumnya, Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan adanya Ujian Nasional (UN) hanya menguntungkan anak orang kaya.

Hal itu dikatakan Retno Listyarti saat diundang di acara Mata Najwa yang tayang pada Rabu (18/12/19).

Retno Listyarti menyebut pendidikan yang diterapkan selama ini tidak sesuai dengan motto Ki Hajar Dewantara selaku pelopor Pendidikan di Indonesia.

Ia menambahkan seharusnya belajar harus dilakukan dengan menyenangkan.

"Belajar dari pemikiran Ki Hajar Dewantara, belajar itu menyenangkan. Belajar itu seperti taman, sesungguhnya belajar itu sesuatu yang menyengakan," ujarnya.

Ia mengutip pernyataan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus ditumbuhkan rasa ingin tahunya.

Anak-anak tidak perlu diiming-imingi kamu nanti dapat hadiah kalau dapat ranking, dia punya rasa ingin tahu, itu sebenarnya yang disebut belajar,"ujar komisioner KPAI Retno Listyarti.

Retno Listyarti sependapat dengan kebijakan menteri pendidikan Nadiem Makariem.

Menurutnya, kebijakan Nadiem Makariem sesuai dengan motto Ki Hajar DEwantara.

"Jadi merdekanya belajar menurut Pak Nadiem itu, maksudnya belajar itu atas kemauannya kebutuhannya. Maka dari itu pemikiran dan penalaran itu dikuatkan," tegas Retno Listyarti.

Retno Listyarti menyebut adanya Ujian Nasional hanya menguntungkan kelompok kaya.

Karena orang-orang kaya lebih memiliki banyak uang untuk bayar bimbel demi menghadapi UN.

Berbeda dnegan orang-orang miskin yang kadang waktunya untuk belajar tersita untuk membantu orangtua di rumah.

Sehingga menurutnya, tidak adanya keadilan dalam konsep UN.

"UN sebenarnya menguntungkan kelompok kaya. Bisa bayar bimbel, gizi mereka cukup, tidak perlu bantu orang tua. Mereka hanya berikir belajar, jadi nilai UN-nya tinggi," ujarnya.

"Bagaimana dengan anak-anak yang miskin? Yang harus bantu orang tua? Ada ketidakadilan di situ," imbuh Reto Listyarti.

Setelah itu, Retno Listyarti menyampaikan adanya kecerdasan siswa di bidang tertentu.

Namun, lantaran banyaknya mata pelajaran, siswa kerap mendapatkan label bodoh karena tidak bisa mengerjakan mata pelajaran yang tidak mereka kuasai.

"Tak hanya itu, SD itu kan 3 mata pelajaran, Matematika, Bahasa dan IPA. Kalau anak kita jago IPS tapi tidak bisa IPA. Apakah kita bisa mencapnya bodoh karena tidak bisa IPA? Kan tidak bisa begitu," ujar Retno Listyarti.

"Jadi artinya dicap bodoh kalau nilai UN nya tidak bagus?" tanya Najwa Shihab.

"Ya betul," tandas Retno Listyarti. (*)

FAKTA BARU : Kasus Pembunuhan Hakim PN Yang Jenazahnya Diketemukan di Kebun Sawit

Sebagian Bobotoh Anggap Pelatih Rene Alberts Gagal di Liga 1 2019, Diminta Mundur dari Persib

Duet Bareng Jihan Audy, Dedy Yon Nyanyikan Lagu Pamer Bojo Cendol Dawet

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved