Virus Corona Pengaruhi Dunia Wisata di Jateng, Sinoeng : Tidak Signifikan
Merebaknya virus 2019 Novel Coronavirus (2019-NCoV) atau virus corona di sejumlah negara, terutama Cina, turut berdampak pada dunia pariwisata di Jawa
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Merebaknya virus 2019 Novel Coronavirus (2019-NCoV) atau virus corona di sejumlah negara, terutama Cina, turut berdampak pada dunia pariwisata di Jawa Tengah.
Sejumlah wisatawan dari negara Tirai Bambu harus menunda perjalanan atau postpone travelling ke Indonesia.
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jateng, Sinoeng Noegroho Rachmadi, menuturkan beberapa agen perjalanan atau travel agent yang biasa membawa wisatawan dari Cina harus menunda aktivitasnya terlebih dahulu.
• Kedekatan Duda Dory Harsa Penabuh Gendang Didi Kempot dengan Nella Kharisma yang Masih Bersuami
• Siswi SMP Ditemukan Meninggal di Gorong-gorong, Terekam CCTV Diajak Sosok Pria Dewasa
• RSUP Kariadi Semarang Tangani Pasien Terindikasi Suspect Corona, Datang Sendiri Bukan Hasil Rujukan
• Puryanto Penemu Gading Gajah Purba di Sragen Minta Kompensasi Uang, Ini Jawaban Dody Wiranto
"Ada satu travel agent yang setiap pekan membawa 180 wisatawan dari Cina.
Karena merebaknya virus corona ini, mereka menjadwalkan ulang kunjungan hingga waktu yang tidak ditentukan," kata Sinoeng, Selasa (28/1/2020).
Meskipun demikian, jumlah wisatawan asal Cina tidak signifikan dibandingkan dari negara lain.
Jumlah kunjungan turis Cina ke Jateng menduduki peringkat ketujuh.
Urutan negara berdasarkan jumlah kunjungan yakni Perancis, Belanda, Malaysia, Inggris, Jerman, Thailand, dan Cina.
Berdasarkan data di Disporapar Jateng, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada 2019 mengalami kenaikan dibandingkan 2018.
Pada 2018 tercatat ada 677 ribu wisatawan, sedangkan 2019 naik sekitar dua persen yakni 691 ribu.
Dari jumlah itu, wisatawan asal Cina hanya sekitar 0,52 persen atau sekitar 35 ribu orang.
"Sedikit memang, tapi potensial.
Ada dua perilaku wisatawan Cina ke Jateng, pertama murni rekreasi dan kedua untuk acara MICE (Meeting, Incentive, Conferention and Exhibition).
Paling banyak persentasenya yakni rekreasi.
Tentu ini berdampak pada pariwisata di Jateng, tapi tidak signifikan," jelasnya.
Sementara, untuk destinasi wisata Candi Borobudur paling banyak dikunjungi wisatawan mancanegara dengan jumlah 240 ribu, kemudian Candi Prambanan 171 ribu kunjungan, dan Kota Semarang (Kota Lama, Sam Poo Kong, Lawang Sewu) dengan 61 ribu wisatawan.
Kemudian, disusul Candi Mendut dan Pawon serta Karimunjawa dengan 9 ribu kunjungan.
Sinoeng mengatakan pihaknya dan para pelaku usaha wisata berharap masalah dapat terselesaikan maksimal enam bulan, sebelum peak season atau musim dimana banyak wisatawan datang.
Paling tidak, pada masa peak season yang terjadi pada Agustus, November, dan Desember, jumlah wisatawan bisa digenjot untuk menutup berkurangnya wisatawan mancanegara seperti sekarang ini.
"Mewabahnya virus corona seperti sekarang ini, bertepatan dengan low season wisatawan mancanegara.
Sebelum peak season mudah-mudahan sudah selesai, tidak ada masalah lagi, sehingga wisatawan kembali ramai," ucapnya.
Adanya kejadian ini, kata dia, juga mengubah jadwal promosi wisata Jateng.
Awalnya, telah direncanakan promosi di Cina, namun Sinoeng akan mengalihkannya ke beberapa negara di Timur Tengah.(mam)
• Heboh Virus Corona, Kunjungan Wisatawan Tiongkok ke Solo Dipastikan Berkurang Drastis
• Bahaya Virus Corona, Dinkes Batang Imbau Warga Hati-hati Pergi ke Luar Negeri
• Tidak Semua Masker Bisa Cegah Penyebaran Virus Corona, Ini yang Disarankan Dokter RSUD Kendal