Berita Batang
Bupati Batang Geram Surat Peringatan Virus Corona Tak Direspon Manajemen PLTU Batang
Bupati Batang Wihaji geram dengan manajemen Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ). Pasalnya surat resmi ajakan menangani pencegahan virus Covid-19
Penulis: dina indriani | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM,BATANG -- Bupati Batang Wihaji geram dengan manajemen Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ).
Pasalnya surat resmi ajakan menangani pencegahan virus Covid-19 dan kesehatan tidak direspon dengan baik.
"Sudah tiga kali Pemkab kirim surat resmi tentang ajakan menangani pencegahan virus covid-19 tapi tidak direspon dengan baik.
Maka kita akan panggil manajemen PLTU," tutur Bupati Wihaji dalam rilis.
Menurutnya PLTU merupakan obyek vital yang masih dalam proses kontruksi dan tidak sedikit,
Ada belasan ribu orang dari berbagai daerah tidak terkecuali warga Batang bahkan juga warga asing yang bekerja di sana.
• Demi Popularitas dan Followers, Selebgram Ini Positif Corona Setelah Jilat Korslet Demi TikTok
• Geger! WNA Pingsan di Depan Klinik, Petugas Medis pun Berpakaian APD Lengkap Lakukan Evakuasi
• Inilah 5 Amalan yang Dianjurkan Nabi Muhammad SAW sampai Malam Nisfu Syaban
• Ajaib! Setelah 2,9 Tahun Alami Koma, Wonderkid Ajax, Abdelhak Nouri Telah Sadar Kembali
Pemanggilan manajemen untuk menjelaskan hal-hal tentang tenaga kerja yang bekerja di PLTU dehingga Pemkab akan mengambil keputusan untuk penanganan covid-19.
"Kita butuh peta tenaga kerja PLTU, untuk ambil langkah dan solusi penanganan wabah virus korona agar terpetakan dengan baik," jelasnya.
Wihaji mengungkapkan ada kemungkinan penyebaran virus covid-19 berada di PLTU, karena ada sirkulasi banyak orang.
"Kita diminta mengurangi kerumunan, sementara di PLTU ada belasan ribu orang yang bekerja.
Oleh karena itu kami perintahkan manajemen PLTU untuk melakukan karantina atau isolasi mandiri bagi pekerja, terutama jika ada pekerja yang masuk orang dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pemeriksaan (PDP)," imbuhnya.
Hal ini harus segera ditindaklanjuti karena menjadi ketakutan dan kecemasan masyarakat yang rata-rata pekerjanya kos di Batang. (*)