Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wabah Virus Corona

Dampak Virus Corona Jateng: Lebih dari 86 Ribu Pekerja Terdampak, PHK Massal Pilihan Terakhir

Ada sekitar 86 ribu tenaga kerja di berbagai sektor di Jawa Tengah terdampak Covid-19 baik langsung maupun tidak langsung.

Dok. Jobplanet
Ilustrasi PHK (Putus HUbungan Kerja) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Ada sekitar 86 ribu tenaga kerja di berbagai sektor di Jawa Tengah terdampak Covid-19 baik langsung maupun tidak langsung.

Tenaga kerja di perusahaan garment atau tekstil dan kayu/permebelan menempati jumlah terbanyak yang terdampak, yaitu hampir 45 ribu orang.

Karyawan di sejumlah pabrik bulu mata atau rambut palsu, serta bidang otomotif juga mengalami dampak yang berat, dengan jumlah karyawan dua jenis usaha itu lebih dari 12 ribu orang.

Total karyawan atau buruh di Jawa Tengah di berbagai jenis perusahaan yang terdampak wabah virus corona lebih dari 86 ribu orang tersebar di 17 kabupaten kota.

Para pengusaha sudah yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sudah berusaha keras untuk menghindari PHK.

Bahkan sesulit apapun, PHK massal adalah pilihan terakhir, menghadapi kondisi berat saat wabah virus corona ini. Memang hampir semua sektor merasakan kondisi berat dampak pandemi Covid-19 ini, tak terkecuali jasa rekreasi maupun elektronik. Tak hanya di Jateng atau Indonesia tapi di seluruh dunia mengalaminya.

Ketua Apaindo Kota Semarang, Dedi Mulyadi, menyebut, akibat dari Corona ini, daya beli masyarakat turun tajam.

Selain itu banyak terjadi penundaan ekspor. Hal ini disebabkan karena negara yang menjadi pasar utama ekspor Jateng memberlakukan sistem lockdown sehingga barang tidak bisa masuk.

"Berat kondisinya. Banyak penundaan ekspor di garmen. Di sana (negara tujuan) toko tutup, jadi daya beli nggak ada. Kalau kondisi ini berlangsung lama maka akan semakin berat bagi industri," kata Dedi Mulyadi, Sabtu (28/3).

Pria yang juga GM PT Sandang Asia Maju Abadi itu mengungkapkan jika kondisi tidak segera dikendalikan, dalam tiga bulan ke depan maka gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal mungkin tak terelakkan.

Saat ini, belum ada pabrik di Kota Semarang yang melakukan PHK massal. Namun diakuinya, ada arah ke sana karena kebijakan PHK atau pengurangan karyawan merupakan solusi sebagai bentuk efisiensi.

Pihaknya mengaku belum menghitung berapa besar kerugian akibat Corona bagi sektor industri. Hanya saja, yang sudah tampak adalah beban psikologis pelaku usaha seperti penundaan ekspor maupun investasi.

Dedi Mulyadi menambahkan, pemerintah sudah cukup membantu dengan memberikan stimulus PPH 21.

Namun memang perlu ada ekstra kebijakan lain untuk membantu industri agar cashflow bisa terus berputar dan PHK bisa dicegah.

Seperti dengan memberikan subsidi untuk membayar gaji karyawan, talangan bayar utang, maupun penundaan atau bahkan penanggungan biaya BPJS.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved