Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

RSUP M Djamil Padang Minta Maaf Sudah Bikin Bayi 1 Bulan Meninggal, Alasannya Kelemahan Sistem

Direksi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang meminta maaf telah membuat pasien bayi usia 1 bulan meninggal.

Istimewa
Kolase Foto Direktur RSUP M Djamil Padang Yusirwan dan Foto Bayi 1 bulan bernama Isyana yang meninggal. 

TRIBUNJATENG.COM, PADANG - Direksi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang meminta maaf telah membuat pasien bayi usia 1 bulan meninggal. 

Permintaan maaf itu disampaikan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang Yusirwan.

Dia meminta maaf kepada keluarga bayi satu bulan yang meninggal karena diduga ditelantarkan tenaga medis.

BREAKING NEWS : Penutupan Jalan Tahap 4 di Kota Semarang, Ini 3 Ruas Jalan yang Akan Ditutup 24 Jam

Paula Verhoeven Malu Kiano Diberi Baju Bekas Rafathar, Baim Wong: Kayak Gue Gak Mampu

Bayi 40 Hari Meninggal Sesak Nafas Usai Diajak Kondangan di Kudus, Ada Tamu Undangan dari Zona Merah

Hasil Survei Terbaru UI: 92,8 Persen Masyarakat Dukung Karantina Wilayah

Bayi bernama Isyana dari pasangan suami istri, Fery Hermansyah dan Rydha, itu meninggal pada Rabu (29/4/2020).

"Kami mohon maaf kepada seluruh pihak terutama kepada keluarga pasien bayi dari Ridha Afrila Dina Putri yang tidak puas atas kondisi yang terjadi," kata Yusirwan dalam keterangan tertulis, Minggu (3/5/2020).

Menurut Yusirwan, terdapat beberapa masalah dalam penanganan bayi berusia satu bulan tersebut.

Salah satunya,  sistem rujukan dari rumah sakit jejaring menuju RSUP M Djamil Padang yang masih lemah.

Yusirwan menegaskan, RSUP M Djamil dan rumah sakit jejaring di Sumatera Barat telah menyepakati aturan dalam merujuk pasien ke rumah sakit rujukan Covid-19.

Sebelum merujuk pasien, rumah sakit jejaring harus mengirimkan data pendahulu pemeriksaan pasien.

Dalam kasus bayi Isyana, rumah sakit jejaring tak mengirimkan data yang lengkap.

Sehingga bayi berusia satu bulan itu harus melewati serangkaian tes untuk menetapkan statusnya.

"Jika hal itu tidak terpenuhi dan pasien sudah di rumah sakit rujukan tentunya perlu ada serangkaian pemeriksaan untuk menetapkan status pasien,” jelas Yusirwan.

Hal itu, kata Yusirwan, membuat bayi Isyana seakan diabaikan karena menunggu penetapan status.

Apalagi, terjadi kesalahpahaman antara pihak keluarga bayi dengan petugas rumah sakit.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, bayi Isyana ditetapkan sebagai PDP Covid-19.

Tapi, keluarga tak mengizinkan tim medis melakukan tes swab.

“Hal ini yang terjadi, apalagi ini diperparah dengan kondisi keluarga yang tidak mau dilakukan swab terhadap pasien, karena hasil pemeriksaan pasien, ia (bayi) ditetapkan PDP Covid-19,” Yusirwan.

Yusirwan berjanji memperbaiki kekurangan dalam sistem rujukan di rumah sakit.

Sehingga, petugas rumah sakit bisa cepat tanggap dalam menangani pasien yang telah tiba di rumah sakit rujukan.

“Kita berharap respon time menjadi lebih baik,” ujar Yusirwan.

Sebelumnya diberitakan, 

Kisah bayi meninggal ditelantarkan pihak rumah sakit viral di media sosial.

Tragedi itu menimpa pasangan suami istri Fery Hermansyah dan Rydha.

Mereka terpaksa mengikhlaskan bayi mungilnya yang berusia satu bulan pada Rabu (29/4/2020).

Bayi bernama Isyana Putri Aisyah itu meninggal sebelum mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang, salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Sumatera Barat.

Kisah pilu yang dialami pasangan suami istri dituangkan dalam sebuah unggahan di akun Facebook, Rydha brt.

FACEBOOK:

Sesak Nafas

Rydha menceritakan perjuangannya dan suami membawa bayinya ke rumah sakit karena mengalami sesak napas setelah menyusui.

Dalam unggahannya, Rydha menyebut pihak rumah sakit sempat menolak bayinya dengan alasan bangsal anak penuh.

Setelah diterima rumah sakit, anaknya pun diperlakukan sesuai prosedur pasien Covid-19.

Ketika dihubungi Kompas.com, Rydha mengaku ikhlas melepas kepergian bayi mungilnya.

Ia yakin Isyana bakal masuk surga.

"Tapi saya tidak bisa terima perlakuan mereka yang begitu tidak punya hati nurani satu pun," kata Rydha lewat sambungan telepon, Minggu (3/5/2020).

Ditelantarkan

Rydha menceritakan kronologi insiden tersebut.

Awalnya, bayi Isyana mengalami sesak napas setelah menyusui pada Rabu (29/4/2020) sekitar pukul 10.00 WIB.

Rydha dan suami membawa bayinya ke Rumah Sakit Umum Aisyah Pariaman.

Tapi, karena keterbatasan alat medis, Isyana dirujuk ke RSUP M Djamil Padang menggunakan mobil ambulans milik RSU Aisyah Pariaman.

Dalam ambulans itu juga ikut tenaga medis dari RSU Aisyah Pariaman.

Saat tiba di RSUD M Djamil Padang, Isyana ternyata tak langsung mendapatkan penanganan medis.

Rydha menyebut, bayinya ditolak dengan alasan ruangan anak penuh.

Padahal, pihak keluarga mendapatkan informasi ruangan perawatan anak tak penuh sebelum berangkat ke Padang.

"Padahal, sebelum berangkat ke Padang sudah dapat informasi kalau ruangannya tidak penuh."

"Informasinya, bangsal anak dalam keadaan sepi," jelas Rydha.

Setelah berdebat dengan petugas RSUP M Djamil Padang, Isyana akhirnya diizinkan masuk Instalasi Gawat Darurat.

"Satu jam lebih anak saya di ambulans."

"Bahkan oksigennya sampai habis di mobil (ambulans)."

"Setelah berdebat dengan petugas akhirnya mereka terima," kata Rydha.

Perdebatan Tim Medis

Setelah diizinkan masuk ke Instalasi Gawat Darurat, bayi mungil itu ditangani sesuai prosedur pasien Covid-19.

Rydha mengatakan, beberapa tenaga medis RSUP M Djamil sempat berdebat dengan keputusan itu.

Salah seorang petugas medis RSUP M Djamil keberatan pasien anak dibawa ke ruangan Covid-19.

Tapi upaya penanganan terlambat.

Sekitar tiga jam Rydha dan suami menunggu tenaga medis menangani bayinya.

"Dari pukul 14.00 WIB kami sampai, hingga pukul 17.00 WIB, tidak ada yang memberikan pertolongan apa-apa."

"Sampai akhirnya anak saya meninggal dunia," jelas Rydha.

Rydha mengaku kecewa dengan perlakuan itu.

"Mereka lebih mementingkan tes Covid-19 kepada semua pasien yang datang ke IGD dibanding lebih dulu menyelamatkan nyawa seorang anak bayi umur satu bulan yang dalam kondisi sangat kritis," jelas Rydha.

Kepulangan Jenazah Dipersulit

Bahkan, kepulangan jenazah bayinya pun dipersulit.

Jenazah Isyana baru bisa dibawa pulang sekitar pukul 21.30 WIB.

"Hampir empat setengah jam baru bisa dibawa pulang."

"Itupun pulang sendiri karena sudah tidak sanggup lagi menunggu lama lantaran tidak ada kepastian," kata Rydha.

Rydha menyebut, tak ada petugas yang berani keluar saat dirinya berada di depan ruang administrasi.

Seluruh petugas terlihat ketakutan.

"Tidak ada satu pun dari mereka yang datang menghampiri kami."

"Memberikan penjelasan."

"Dari pukul 17.00 WIB anak saya meninggal hingga pukul 21.00 WIB, juga tak satu pun dari mereka yang masuk ke ruangan," jelas Rydha.

Sekitar pukul 21.00 WIB, ada salah satu perawat yang baru saja memulai shift kerja masuk ke ruangan Isyana.

"Dia kaget melihat anak saya sudah membeku dan membuat murka suami saya," terang Rydha.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bayi 1 Bulan Meninggal Diduga Ditelantarkan, RSUP M Djamil Padang Minta Maaf"

Pengakuan Via Vallen Pernah Depresi dan Ingin Bunuh Diri Gegara Komentar Jahat Netizen +62

Inilah Penjelasan Kemensos dan BRI Soal Transferan Misterius Rp 600 Ribu BST COVID 19 TAHAP 1

Akhirnya Kim Jong Un Menampakkan Diri: Tertawa, Merokok, dan Lambaikan Tangan, Ini Komentar Trump

BEM-KM Unnes Semarang Desak Pihak Kampus Kembalikan UKT 50 Persen: Biaya Operasional Berkurang

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved