Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Tegal

Toko Sepeda Johan Tertua di Kota Tegal Berdiri Sejak 1920, Tahun Ini Terlaris

Toko Sepeda Johan merupakan toko sepeda tertua di Kota Tegal. Ia sudah berdiri sekira satu abad, tepatnya sejak 1920.

Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: m nur huda

TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Toko Sepeda Johan merupakan toko sepeda tertua di Kota Tegal.

Ia sudah berdiri sekira satu abad, tepatnya sejak 1920.

Dari awal berdiri hingga saat ini Toko Sepeda Johan berlokasi di Jalan Ahmad Yani Kota Tegal.

Kini Toko Sepeda Johan sudah dikelola oleh generasi keempat.

Korea Utara Ancam Musnahkan Amerika Serikat dengan Nuklir Jika Terus Provokasi Korsel 

Nongkrong Tengah Malam di Semarang, Pemuda Ini Diserang OTK Pakai Celurit, Motor Hilang

Belum Lama Bebas Bersyarat, John Kei Kini Terancam Hukuman Mati

Donald Trump Kena Prank Warga TikTok, Tiket Diborong Ternyata Kampanye Pilpres Sepi

Polda: Sebelum Menyerang Wakapolres Karanganyar, Pelaku 2 Kali ke Lokasi Kejadian

Sementara urutannya, generasi pertama adalah Tek Ju Hin (meninggal dunia), generasi kedua adalah Johan Budi Hartono (90), generasi ketiga Sunjoyo (60), dan generasi keempat adalah Indrawan (32).

Masa 2020 diakui oleh pengelola Toko Sepeda Johan menjadi tahun terlaris penjualan sepeda.

Dalam sehari sekira 30 unit sampai 40 unit sepeda bisa terjual.

Generasi kedua, Johan Budi Hartono mengatakan, penjualan sepeda pada 2020 paling ramai.

Ia mengatakan, sejak 1920 ia belum pernah melihat toko sepeda peninggalan ayahnya seramai ini.

"Toko ini dari bapak saya. Berdiri sejak 1920. Dari dulu di sini. Sekarang sudah generasi keempat, cucu saya," kata Johan kepada tribunjateng.com, Sabtu (20/6/2020).

Johan bercerita, sekira 20 tahun lalu penjualan sepeda sempat ramai dengan merek federal.

Pada 1992 tren yang ada di masyarakat yaitu Sepeda Federal.

Meski demikian, menurut Johan, penjualan saat itu tidak sebanyak saat ini.

"Pernah ramai karena sepeda Federal tahun 1992. Ini baru ramai lagi. Tapi ramainua tidak seperti sekarang. Ini sangat ramai," ungkapnya.

Istri dari generasi ketiga Sunjoyo, Titi (60) mengatakan, toko sepedanya tidak hanya menjual sepeda bermerek kekinian, seperti Polygon, Thrill, Element, Pasific, United, dan Phoenix.

Namun juga menjual sepeda jadul, seperti sepeda onthel, jengki, sepeda merek Kuwahara, Fujiwara, Benny, dan sebagainya.

Sepada jadul itu dibandrol dengan harga sekira Rp 1,5 juta sampai Rp 6 juta.

Selain itu, tersedia juga berbagai merek sepeda kekinian, seperti Polygon, Thrill, Element, Pasific, United, dan Phoenix.

Harganya pun beragam.

Ia mengatakan, harga sepada gunung Polygon mulai Rp 1,8 juta hingga Rp 5 juta.

Untuk harga sepeda lipat Polygon di angka Rp 4 juta.

Harga sepeda Element jenis gunung maupun lipat mulai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.

Harga sepeda United mulai Rp 1,8 juta hingga Rp 6 juta.

Harga sepeda Phoenix mulai Rp 1,2 juta sampai Rp 13,3 juta.

Sementara harga sepeda Pasific mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 5 juta.

"Sepeda jadul-jadul kalau ada yang tanya kita layani. Seperti merek Kuwahara, Fujiwara, Benny, jengki atau onthel. Banyakan yang nyari dari luar kota," jelasnya.

Sejarawan Pantura, Wijanarto, toko sepeda tertua di Kota Tegal ada dua, yaitu Toko Sepada Norton dan Toko Sepeda Johan.

Ia mengatakan, saat masyarakat mengenang toko sepeda, dua toko itu yang akan diingat.

Namun menurutnya, hal menarik yang melatarbelakangi trennya sepeda saat ini adalah dorongan dari gaya hidup.

"Kalau kita lihat ini lahir dari kelompok kelas menengah. Kedua ini dari lahirnya kelompok komunitas. Mereka yang mencintai sepeda bukan sekadar untuk olahraga tetapi juga untuk mengembalikan memorabilia masa lalu," katanya.

Wijan menjelaskan, pada 1950 sepeda sudah digunakan sebagai kendaraan masyarakat dalam beraktivitas sehari- hari.

Menurutnya, mobilitas itu sudah senyampang dengan lahirnya daerah- daerah yang kemudian menghubungkan pusat- pusat penjualan.

Ia mengatakan, hal itu juga bersamaan ketika masyarakat lebih memilih menggunakan sepeda tinimbang gerobak.

Berbeda dengan saat ini setelah munculnya sepeda Brompton.

"Orang tidak lagi berpikir fungsional. Tapi lebih ke sadar status. Sepeda bisa memacu status sosial ketika berbicara tentang tren atau branded mereknya," ungkapnya. (fba)

SMA dan SMK Swasta di Semarang Terseok-seok Mencari Siswa Baru hingga Diskon Pendaftaran

Pelatih Tinju di Karanganyar Ajak Bocah Bersetubuh hingga Hamil, Diimingi Boneka Beruang Pink

Densus 88 Diterjunkan untuk Selidiki Identitas Pelaku Penyerangan Wakapolres Karanganyar

 

TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :

Viral Benda Mirip Kapal Karam Terdeteksi Google Maps di Sukabumi, Ditemukan saat Cari Spot Mancing

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved