UMKM
Aksesoris Handmade Ala Eni, Hasilkan Produk dengan Desain Terbatas
Sejak tahun 2017 lalu, pemilik bisnis "Ethnicode" itu mampu menghasilkan aksesoris-aksesoris dengan desain terbatas ini.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Memiliki aksesoris dengan desain terbatas membawa kebanggaan tersendiri bagi pemakainya.
Selain karena unik, aksesoris dengan desain terbatas menawarkan kenyamanan karena jarang orang memiliki produk serupa.
Itulah yang juga dikembangkan oleh Eni Permani, seorang pelaku UMKM di Kota Semarang.
Sejak tahun 2017 lalu, pemilik bisnis "Ethnicode" itu mampu menghasilkan aksesoris-aksesoris dengan desain terbatas ini.
Aksesoris-aksesoris tersebut diproduksi di rumah.
"Saya mulai menjalankan bisnis ini sejak tahun 2017, tetapi secara resmi Ethnicode memiliki perizinan IUMK dari Kecamatan Tembalang Kota Semarang bulan Maret 2018."
"Produk yang kami hasilkan di antaranya kalung etnik, bros, gelang, anting, peniti juntai, scarft/syal batik, tasbih, dan masker," ujar Eni kepada tribunjateng.com, Senin (29/6/2020).
Ibu dua anak itu mengungkapkan, aksesoris-aksesoris handmade-nya itu dibuat dari bahan alam.
Ada pula bahan dari limbah.
Bahan-bahan tersebut di antaranya batu alam, mutiara air tawar, kayu, tulang sapi, glassbeads, kain batik, kain tenun, tali kulit, ornamen logam, dan ornamen lain sebagai pelengkap.
Bahan diproses sedemikian rupa sehingga dapat dirangkai menjadi produk aksesoris layak jual.
"Paling unik di sini, kami selalu memasukkan unsur-unsur budaya tradisional Indonesia.
Tentu sesuai dengan slogan "Be Ethnic Be Exclusive", desain produk kami sangat terbatas dan tidak ada satu produkpun yang sama persis," ungkapnya.
Eni mengungkapkan, produk aksesoris etnik Ethnicode buatannya ini memiliki segmen pasar untuk berbagai kalangan usia mulai dari anak-anak, remaja putri hingga wanita dewasa.
Produk-produk aksesoris ini dapat dipakai untuk berbagai acara baik bersifat formal maupun nonformal.
Harga yang ditawarkan pun bervariasi mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 400.000 disesuaikan dengan desain dan bahan yang digunakan masing-masing produk.
"Produk Ethnicode ini bukan merupakan produk yang bersifat mengikuti trend sesaat saja, melainkan longtime life sehingga dapat dipakai setiap saat untuk jangka waktu yang lama," imbuhnya.
Tetap Eksis di Tengah Pandemi
Oleh karena produk ini cocok untuk berbagai kalangan, Ethnicode tetap Eksis meskipun di saat pandemi covid-19 ini.
Eni menyebutkan, pihaknya mencoba mengatur strategi agar usahanya tersebut tak sampai gulung tiker.
Salah satunya yakni memroduksi masker di tengah kebutuhan masyarakat terhadap produk itu.
"Masker yang kami produksi ini adalah masker handmade etnik, yang dibuat dari bahan kain batik, lurik, dan katun halus dengan hiasan unik dan cantik.
Ini kami buat sebagai bentuk rasa peduli terhadap kondisi dunia, khususnya Indonesia saat ini," paparnya.
Selain masker, kata dia, pihaknya juga memroduksi hampers atau hantaran untuk beberapa momentum, di antaranya saat Hari Raya dan untuk kenang-kenangan yang dapat diberikan kepada para guru atau staf pengajar saat masa kenaikan kelas.
Produk-produk Ethnicode ini dipasarkan baik secara online maupun offline.
Secara Online, Ethnicode memanfaatkan teknologi media sosial, seperti Instagram, WhatsApp , Facebook, dan market place.
Sedangkan secara Offline, Ethnicode menerima order secara langsung dengan melakukan penjualan konsinyasi dengan tempat wisata (Wisata Alam Dusun Semilir) dan Pusat Cinderamata Hotel (Griya Persada Hotel Bandungan).
"Untuk penjualan online kami sudah berhasil memiliki konsumen dari beberapa kota di Indonesia, mulai dari Aceh sampai Papua," lanjutnya.
Kesuksesan Ethnicode ini tampak dari beberapa kali mendapat kesempatan untuk tampil dalam Pameran dan Expo di Java Mall Kota Semarang, yang difasilitasi oleh Rumah Kreatif BRI Semarang dan UMKM Centre Jawa Tengah.
Dalam kesempatan lain, Ethnicode tampil dalam beberapa program acara televisi lokal dan nasional, yaitu menjadi narasumber tunggal pada acara live Talkshow Semarang Now di Semarang TV, dan diliput untuk mengisi acara Tau Gak Sih milik stasiun TV Trans7.
"Ethnicode selalu yakin dan optimis dalam menjalankan bisnis walaupun di masa pandemi Covid19 ini.
Kami tetap berkreasi dan selalu melakukan promosi secara terus-menerus, baik melalui media sosial maupun market place, dengan tetap berkomitmen memasukkan unsur budaya Indonesia di setiap produk kami.
Kami selalu percaya bahwa hasil tidak pernah mengkhianati semua usaha yang telah kami kerjakan," tukasnya. (idy)