Berita Regional
Kisah Elivina Guru Honorer Upah Rp 200 Ribu, Punya Sampingan Buruh Angkut Kemiri
Sebagai guru honorer yang telah mengabdi selama 9 tahun di Flores, NTT, Elivina hanya mendapatkan penghasilan Rp 200.000 per bulan.
TRIBUNJATENG.COM, FLORES - Upah yang kecil tak lantas membuat semangat Elivina Nawu (33) padam.
Sebagai guru honorer yang telah mengabdi selama 9 tahun di Flores, NTT, Elivina hanya mendapatkan penghasilan Rp 200.000 per bulan.
Ia bahkan terpaksa berjualan kemiri di sela mengajar, demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan dua anaknya.
• Fakta Bocah SD Tewas Mulut Berbusa Bau Alkohol, Keluarga Mengira Lagi Bermain Layangan
• Kapolresta Solo Kombes Andy Rifai Kena Pukulan Bertubi Oknum Ormas Saat Evakuasi Korban
• Gisel Heran Gading Marten Ajak Gempi nonton Konser Pakai Baju Tidur
• Kecelakaan Maut di Gunungpati Semarang, Pengendara Vixion Asal Kendal Tewas
Satu hal yang membuat semangat Elivina masih membara, yakni melihat murid-muridnya menjadi anak yang cerdas.
"Saya termotivasi untuk mencerdaskan anak bangsa. Walaupun upah yang diterima tidak sesuai dengan apa yang saya kerjakan selama ini," tutur dia.
Elivina hampir 9 tahun mengajar sebagai guru honorer.
Meski jam mengajarnya cukup tinggi, penghasilannya jauh dari kata layak.
Belum lagi dia memiliki dua orang anak.
“Saya sudah mengajar di SDI ajang sejak 1 Oktober 2011. Saya mengajar selama 26 jam per minggu. Gaji saya Rp 200.000 per bulan dari komite sekolah,” kata Elivina.
Ternyata, gaji itu pun sudah tidak diterima sejak 2018.
Dia hanya menerima tambahan penghasilan (tamsil) dari Pemda Manggarai Timur sebesar Rp 500 ribu per bulan.
Karena sifatnya tambahan, waktu pencairan tamsil juga tidak pasti.
Pernah dia menerima tamsil setelah delapan bulan.
Namun yang dia peroleh juga tidak penuh, yakni baru tamsil tiga bulan pertama.
Lewati hutan dan sungai Elivina tetap bersemangat menjalani tugasnya mengajar selama pandemi Covid-19.