Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Batang

30 Tahun Jadi pemetik Teh di Dataran Tinggi Batang, Kasumi Bersyukur Meski Upahnya Kecil

Tanpa dibantu peralatan, wanita-wanita perkasa itu menggendong karung berisi puluhan kilogram daun teh

Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Budi Susanto
Sejumlah wanita berusia lanjut tengah sibuk memetik teh di perkebunan teh yang terletak di Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Kamis (8/10/2020). 

30 Tahun Jadi pemetik Teh di Dataran Tinggi Batang, Kasumi Bersyukur Meski Upahnya Kecil

TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Puluhan wanita lanjut usai nampak sibuk di tengah rimbunya pohon teh yeng hampir menutupi badan para wanita itu.

Menggunakan gunting besar yang sudah dimodifikasi untuk menampung daun teh, mereka terus memangkas daun teh muda di perkebunan teh dataran tinggi Kabupaten Batang, tepatnya di Kecamatan Blado.

Baju tebal berlengan panjang, serta celana panjang berlapis, dan sepatu both mereka kenakan untuk melindungi kulit dari tajamnya ranting pohon teh.

Dauh teh muda mereka yang mereka potong untui kemudian dikumpulkan dalam karung.

Di tengah kesibukan itu, kucuran keringan nampak turun membasahi kening dan wajah para pekerja wanita itu.

Usai dikumpulkan daun-daun teh tersebut dibawa ke lokasi yang sudah ditentukan.

Tanpa dibantu peralatan, wanita-wanita perkasa itu menggendong karung berisi puluhan kilogram daun teh.

Meski terlihat sempoyongan saat membawa karung berisi daun teh, namun wajah mereka tak terlihat muram.

Kasumi (55) satu di antara puluhan pemetik teh itu juga nampak bergegas usai menempatkan karung berisi daun teh ke tempat yang sudah disediakan.

Botol berisi air minum ia buka, Kasumi pun melepaskan dahaganya untuk kemudian kembali melakoni pekerjaannya.

Disela-sela kesibukannya, wanita yang sudah menjalani pekerjaan sebagai pemetik teh lebih dari 30 tahun itu menerangkan, bulan Oktober menjadi bulan berkah bagi pemetik teh.

"Karena masuk musim panen, jadi pemilik kebun butuh tenaga banyak orang untuk memetik teh," ucapnya, Kepada Tribunjateng.com, Kamis (8/10/2020).

Ia menjelaskan, para pemeitik teh mulai berangkat ke kebun sekitar pukul 06.00 WIB, dan selesai sekitar pukul 14.00 WIB.

"Kalau rajin bisa dapat 50 kilogram sehari, dengan upah Rp 600 sampai Rp 800 setiap kilogramnya," jelas wanita 55 tahun asal Kecamatan Blado itu.

Meski tak banyak, namun Kasumi bersyukur, di sisa usianya ia masih bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhannya tanpa mengandalkan orang lain.

"Di kota besar banyak yang dipecat karena pandemi, untuk itu kami bersyukur masih bisa bekerja meski tak jarang hanya dapat Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu setiap harinya," paparnya.

Adapun Lismiyati (50) yang sudah menjadi pemetik teh selama 20 tahun lebih, mengaku penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Namanya bekerja tidak ada yang ringan semua ada susahnya. Dengan upah segini nyatanya anak saya juga bisa lulus sekolah. Bagi saya yang terpenting bersyukur dan pintar-pintar mengelola keungan," tambahnya. (bud)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved