Berita Semarang
Ulas Pemanfaatan Belimbing Wuluh, Dosen Ini Raih Nilai Terbaik Penulis Buku Tematik
Efek pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi sektor ekonomi masyarakat. Di antaranya banyak aktifitas
Penulis: m zaenal arifin | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Efek pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi sektor ekonomi masyarakat.
Di antaranya banyak aktifitas perdagangan terhenti karena adanya pembatasan sosial. Penghasilan masyarakat pun berkurang.
Bahkan, pada pekerja pabrik banyak yang mengalami pengurangan tenaga kerja yang mengakibatkan hilangnya sumber pendapatan.
Baca juga: Kembali ke Kampung Halaman Sudah Jadi Kowad, Desi Berikan Senyum untuk Tetangga yang Dulu Membully
Baca juga: Meninggal karena Kecelakaan, Nunung Diberhentikan Secara Hormat dari Wakil Ketua DPRD Kab Pekalongan
Baca juga: Berikut Ini Daftar Terbaru Pinjaman Online Ilegal yang Diblokir
Baca juga: Yanto Kerap Ajak Adik Ipar Ngamar di Tawangmangu, Mertua Lapor ke Polres Karanganyar
Dalam kondisi semacam itu, diperlukan ide dan upaya untuk mencari pendapatan keuangan tambahan bagi masyarakat.
Berawal dari pemahaman tersebut, Dosen Universitas PGRI Semarang (Upgris), Mega Novita, mendapatkan ide untuk memanfaatkan belimbing wuluh menjadi produk bernilai ekonomis.
Dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Covid-19 yang dilaksanakan di Desa Kembangarum, Mranggen, Demak, Mega selaku Dosen Pendamping Lapangan, bersama teman dosen lainnya, yaitu Teguh Bachtiar (Upgris), Dian Marlina (Universitas Setia Budi Surakarta), Arisul Ulumuddin (Upgris), menginisiasi pembuatan sirup belimbing wuluh.
Buah belimbing wuluh ini sendiri banyak ditemukan di desa tersebut sehingga memudahkan proses produksi.
Hasil inisiasi pemanfaatan belimbing wulung tersebut lalu dirangkum dalam sebuah tulisan ilmiah berjudul "Produk Olahan Belimbing Wuluh Sebagai Modal Pemulihan Ekonomi Masyarakat Desa Kembangarum Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak" yang tergabung di buku Praktik Baik Implementasi KKNT Covid-19 yang diterbitkan oleh Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB).
Bahkan atas tulisannya tersebut, Mega Novita juga mendapat penilaian sebagai satu dari sepuluh penulis terbaik dengan raihan nilai tertinggi.
"Di sana (di desa tempat KKNT) ada keunikan.
Saya hanya mengangkat potensi lokal, yaitu buah belimbing wuluh yang biasanya tidak terlalu disukai orang, menjadi suatu produk yang dapat menjadi modal pemulihan ekonomi masyarakat di Desa Kembangarum," katanya, dalam rilis kepada Tribun Jateng, Rabu (4/11/2020).
Menurut Mega, pengolahan belimbing wulung itu cukup sederhana sehingga bisa dilakukan oleh masyarakat.
Ia memaparkan, langkah pertama yaitu belimbing wuluh dipotong-potong kemudian masukkan ke dalam wadah dan diremas-remas sampai hancur.
Lalu, ditambahkan gula ke dalamnya dan didiamkan 15 menit sampai airnya keluar.
Setelah itu, dipindahkan ke dalam panci dan masukkan air, cengkih, kayumanis, dan bunga belimbing.
"Setelah terkumpul menjadi satu, panaskan bahan tersebut dengan api kecil sampai mendidih sambil diaduk dan sesuaikan rasa manisnya.
Terakhir, buang busa-busa yang ada di bagian atas rebusan kemudian angkat," terang Mega.
Menurut Mega, usaha pengembangan produk olahan buah belimbing wuluh masih dapat dilanjutkan lebih serius lagi.
"Diversifikasi produk masih bisa beragam seperti sirup, manisan, dodol dan keripik.
Legalitas usaha dan perlindungan hak cipta juga dapat diurus," pungkasnya. (Nal)
Baca juga: Cegah Penularan Covid-19 di Kalangan Wartawan, DP3A Kota Semarang Beri Masker dan Sabun Cuci Tangan
Baca juga: Rektor Unnes Ajak Peserta Maulid Nabi Muhammad SAW Produktif Beribadah dan Berkarya
Baca juga: Petahana Wali Kota Semarang Hendi Positif Covid-19, Ganjar: Pengingat bagi Calon Kepala Daerah Lain
Baca juga: Causarel Senang Meski Kaget saat Ikuti Pembelajaran Tatap Muka