Berita Semarang
Banjir Sepekan di Kota Semarang, Ratusan Warga Masih Bertahan di Pengungsian
Sudah genap sepekan, Kelurahan Trimulyo, Genuk, Kota Semarang, terendam banjir, Sabtu (13/2/2021).
Penulis: iwan Arifianto | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sudah genap sepekan, Kelurahan Trimulyo, Genuk, Kota Semarang, terendam banjir, Sabtu (13/2/2021).
Pantauan Tribunjateng.com di lokasi, banjir mengenangi RW 1 dan RW 2.
Ketinggian air 20 sentimeter hingga 80 sentimeter.
Baca juga: Tersangka Pembunuh Dalang Anom Subekti Sudah Bisa Berkomunikasi, Ini Hal Pertama yang Disampaikan
Baca juga: Miris Bocah 7 tahun Hanya Miliki Berat 7 Kg
Baca juga: Kebakaran Mobil di Batam, Balita Tewas di Kursi Tengah, Sopir Syok Menjerit-jerit di RS
Baca juga: Ribut Tetangga di Klaten Berakhir dengan Enam Tembakan Senjata Airsoft Gun
Puluhan warga memilih bertahan di pengungsian.
“Sebenarnya sudah mau pulang tetapi ketinggian air masih sepinggang.
Tempat tidur saya juga masih kerendam,” papar pengungsi Sukirah (56) kepada Tribunjateng.com.
Warga RT 4 RW 2 tersebut kini bersama puluhan warga lainnya memilih bertahan di Masjid Baitul Manan.
Dia berharap banjir lekas surut agar segera bisa pulang ke rumah.
Melihat kondisi air yang masih tinggi, dia memprediksi air akan surut seminggu lagi.
Itupun jika cuaca bersahabat sehingga tak ada lagi limpasan air masuk ke rumahnya.
“Kalau di pengungsian malam sangat dingin karena hembusan angin kencang.
Tetapi alhamdulillah saya tak sakit,” ujarnya.
Akibat kejadian banjir, lanjut dia, mengalami kerugian hingga Rp 8 juta.
Pasalnya banjir menghanyutkan seluruh perabot rumah tangga miliknya dari televisi, kulkas,kipas angin dan lainnya.
Ketika banjir bahkan dia harus menyelamatkan diri dengan susah payah lantaran ketinggian air sampai ke kepalanya.
“56 tahun saya hidup di Trimulyo baru kali ini banjir separah ini,” bebernya.
Sementara itu, Ketua RW 2 Sunaryo (40) mengatakan, wilayahnya terdapat tiga tempat pengungsian yakni di dua Masjid dan satu sekolah dasar.
Total ada 160 pengungsi yang masih bertahan.
Terbagi di Masjid Baitul Manan 60 orang, Masjid Baitul Fath 70 orang dan SD Trimulyo 30 orang.
“Awal banjir jumlah pengungsi 200 orang lebih namun sebagian sudah pulang karena air di rumah sudah surut meski di jalan masih tergenang,” paparnya.
Dia mengatakan, pompa air terus bekerja menyedot air di pemukiman ke sungai Kalibabon andai tak ada hujan dan tak ada limpasan air dari wilayah atas dua hari lagi air akan surut.
“Ya insya Allah kalau lancar sehingga air cepat surut,” terangnya.
Warga Trimulyo, Irwan menjelaskan, kampungnya terendam lantaran daerah cekungan.
Dari kondisi tersebut sepekan lalu hujan turun deras sehingga sungai Kalibabon meluap ke kampung mereka.
Kampungnya tersebut beberapa kali direndam banjir besar seperti di tahun 1991,1993, 2017 dan 2021.
"Dari deretan banjir besar tersebut paling parah tahun ini baik ketinggian maupun wilayah terdampaknya.
Seluruh kampung tenggelam ketinggian air paling parah setinggi 1,5 meter," tandasnya. (Iwn)
Baca juga: Sepekan Terendam Banjir, Warga Genuk Kota Semarang: Kami Butuh Krim Gatal
Baca juga: Jadi Pemain Termuda di Timnas U22, Kiper Persib Bandung U19 Tak Minder: Bersaing Sehat Saling Dukung
Baca juga: Nikita Mirzani Sebut Dokter Richard Lee Jayus, Ini Komentar Lengkapnya
Baca juga: Proyek Simpang Hanoman Kota Semarang Tuntas, Wahyu Tak Lagi Waswas saat Melintas