Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Karanganyar

Viral Video Pendaki Dituntun Jalak Lawu Saat Tersesat di Gunung Lawu, Ini Penuturan Relawan

Video yang menggambarkan pendaki tersesat kemudian dituntun Jalak Lawu viral di media sosial beberapa hari lalu. 

Penulis: Agus Iswadi | Editor: galih permadi

Penulis: Agus Iswadi

TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Video yang menggambarkan pendaki tersesat kemudian dituntun Jalak Lawu viral di media sosial beberapa hari lalu. 

Video itu diunggah oleh akun tiktok @mocha-doank pada Rabu (17/2/2021) kemarin.

Dalam unggahan tersebut turut disertakan keterangan, "yang pernah ke Lawu pasti tahu,.. nemu video lama saya."

Baca juga: Tak Jadi Wali Kota Solo, Rudy Kembali Jalani Pekerjaan Lawas Jadi Tukang Las: Mau Ngajari Anak SMK 

Baca juga: Sosok Kabareskrim Komjen Agus Andrianto, Jenderal Polisi yang Fasih Memarut Kelapa

Baca juga: Sisi Lain Kabareskrim Komjen Pol Agus Andrianto: Asal Blora, Semua Saudara Laki-laki Bernama Agus

Baca juga: Bantahan Susi Pudjiastuti Terkait Tuduhan Melawan Presiden Jokowi

Anggota Anak Gunung Lawu (AGL) Budi menyampaikan, kejadian pendaki bertemu dengan burung jenis anis yang kerap disebut Jalak Lawu itu memang sering terjadi di Gunung Lawu. 

Bahkan menjadi mitos atau dipercaya para pendaki, burung itu dapat menuntun ketika tersesat di gunung. 

"Itu satwa endemik Gunung Lawu, masuknya jenis burung anis.

Jalak Lawu atau anis itu memang terbiasa berinteraksi dengan manusia terutama pendaki," katanya saat dihubungi Tribunjateng.com, Jumat (19/2/2021). 

Lanjutnya, ketika ada pendaki, burung itu selalu mendampakan diri mengingat habibatnya memang di pergunungan.

Budi menceritakan juga kerap bertemu burung endemik itu saat melakukan pendakian di Gunung Lawu. 

Selain terbang kemudian hinggap di dahan pohon, burung tersebut lebih banyak berada di bawah atau tanah untuk mencari makan berupa cacing. 

"Burung itu warnanya coklat, paruh kuning dan kaki juga kuning.

Kalau yang muda ada yang coklat semburat abu-abu," ucapnya. 

Terkait populasi burung anis itu, Budi mengaku tidak tahu persis berapa jumlahnya.

Akan tetapi burung itu dapat dijumpai mulai dari posko pendakian hingga puncak gunung. 

"Saya sendiri sering menjumpai, ketika naik burung berada di depan dan selalu mengikuti," terangnya.

Cerita Mistis

Kemegahan Gunung Lawu yang berada di perbatasan antara Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah dengan Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur menjadi daya tarik tersendiri bagi pendaki dari berbagai daerah untuk menapakan kakinya mulai dari basecamp hingga puncak.

Keindahan panorama alam tak ayal menjadi pembasuh letih para pendaki selama perjalanan.

Di Gunung Lawu, terkadang puncak bukan menjadi tujuan utama.

Purharyanto (30) pernah mengalaminya kejadian mistis selama menjadi porter maupun guide (penunjuk arah) di Gunung Lawu
Purharyanto (30) pernah mengalaminya kejadian mistis selama menjadi porter maupun guide (penunjuk arah) di Gunung Lawu (Istimewa)

Melainkan sensasi makan pecel di atas gunung justru menjadi pemantik utama para pendaki dari berbagai daerah singgah di Gunung Lawu.

Pendaki tidak perlu khawatir apabila kehabisan bekal selama perjalanan.

Warung semi permanen dapat menjadi alternatif untuk mengisi perut yang keroncongan atau sekedar istirahat memulihkan tenaga.

Di balik keindahan dan keunikannya, Gunung Lawu ternyata juga menyimpan cerita-cerita janggal.

Purharyanto (30) pernah mengalaminya kejadian janggal selama menjadi porter maupun guide (penunjuk arah). 

Warga Gondosuli Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar itu menjadi porter dan guide sejak 2006 lalu.

Pengalaman naik gunung bersama almarhum ayahnya menjadi bekal awal sebelum menjadi porter. Saat itu usianya sekitar 10 tahun.

Menjadi porter bagi ayah satu anak itu hanya menjadi sampingan saja.

Tepatnya pada 2007, laki-laki yang akrab disapa Best itu kemudian masuk komunitas pecinta alam, Anak Gunung Lawu (AGL).

Mulai dari magang hingga mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) selang beberapa tahun kemudian.

Keahlian menjadi porter semakin terasah semenjak bergabung ke dalam komunitas tersebut.

Membawa barang dengan berat 25 Kg-30 Kg menjadi hal biasa baginya. 

Dalam kondisi normal atau santai, dari basecamp sampai puncak gunung dapat ditempuh dengan estimasi waktu 7-8 jam.

Dirinya kerap mendampingi para pendaki menuju ke puncak melalui jalur Cemoro Kandang.

Seperti aturan di setiap pos pendakian pada umumnya, brefing serta berdoa menjadi kebiasaan sebelum memulai pendakian. 

Berbagai larangan seperti membuah sampah sembarangan, larangan vandalisme dan lainnya disampaikan kepada para pendaki.

Begitu juga aturan yang dipercayai oleh masyarakat sekitar.

Seperti perempuan datang bulan dianjurkan tidak naik gunung dan dianjurkan tidak mengenakan pakaian hijau pupus saat melakukan pendakian.

Namun ada saja pendaki yang melanggar aturan. 

Semisal saya sudah kasih peraturan yang ada di sini tapi pendaki itu melanggarnya.

Saat dijalan pasti ada kecelakaan.

Dari hal kecil seperti susah jalan.

Bahkan ada yang sampai kesurupan.

Di gunung manapun kalau aturan dilanggar pasti ada halangan terendiri.

Bukan hanya di Gunung Lawu saja, katanya saat berbincang dengan Tribunjateng.com di sekitar Basecamp Cemoro Kandang, Rabu (16/12/2020). 

Selain menjadi porter pendaki pada umumnya, Best juga menjadi porter serta guide bagi para pendaki ritual.

Kejadian janggal serta beresiko tinggi kerap dialaminya saat menjadi porter pendaki ritual dibandingkan dengan pendaki pada umumnya. 

Pertama kali itu bawa rombongan dari Magetan. Dua orang. Pendaki ritual itu biasanya niatnya naik ke Hargo Dalem dan Sendang Derajat.

Mereka biasanya punya nazar, kalau doa terkabul bawa persembahan sebagai wujud terimakasih. Ada kambing, panggang tumpeng , terangnya.

Menurutnya menjadi porter pendaki ritual menjadi pengalaman berkesan sekaligus paling beresiko.

Menarik kambing menyusuri jalur pendakian bukan perkara mudah.

Pasalnya hewan liar di Gunung Lawu ini masih ada seperti macan tutul. Rasa was-was dan merinding tentu ada selama perjalanan.

Paling berat di jalan. Namanya bawa kambing, hewan liar di sini masih ada.

Macan tutul. Itu meinding bawanya. Setiap terdengar geraman, kambing itu diam, tidak mau jalan.

Ya terpaksa digendiong sampai atas. Kadang tak masukan ke bagor, ucapnya.

Dia menceritakan pernah mengalami kejadian mistis saat mengantar pendaki ritual asal Bogor.

Pendaki asal Bogor itu membawa kambing sebagai bentuk ucapan terimakasih setelah doanya terkabul.

Biasanya setelah disembelih potongan daging kambing, bagian kaki, ekor dan hati diletakkan di Hargo Dalem.

Sempat nginep di pos bayangan.

Kambing disembelih di situ dan daging di bawa ke atas.

Tahu-tahu ada seperti orang naik kuda tanpa kepala.

Kepalanya ditenteng.

Saya sampai teriak.

Bos yang tidur ditenda sampai terbangun.

Saya tidak bisa jawab.

Saya tidak berani menongok dan hanya menunduk.

Ditanya lagi, ada apa.

Enek uwong marani aku (ada orang medatangi saya), uwong numpak jaran (orang naik kuda).

Uwis ojo tekok wae (sudah jangan tanya terus)," kenangnya.

Lebih lanjut, kejadian janggal itu baru saya ceritakan kembali saat keesokan harinya. Kejadian itu bukan hanya sekali dialaminya.

Selain itu saat mengantar pendaki lain asal Bogor, dirinya juga sempat mengalami kejadian janggal lain saat berada di dalam tenda.

Tenda itu didirikan di depan warung yang berada di jalur menuju puncak.

Saat itu pendaki yang bersamanya bertanya, apakah mendengar suara orang berjalan layaknya seorang prajurit.

Best tidak terlalu menanggapi apa yang ditanyakan dan meminta pendaki itu supaya tidur saja.

“Setelah bilang begitu, pukul 24.00. Ada yang mengitari tenda sambil mengetuk tenda.

Bayangan hitam. Saya kemudian main handphone dan mendengarkan musik (lagu), tuturnya.

Selama menjadi porter maupun guide, pengalaman mistis kerap dialami Best saat mengantar pendaki ritual dari pada pendaki biasa pada umunya yang sekedar menikmati keindahan alam sembari berswa foto.

Dia mengungkapkan, pengalaman menjadi porter yang paling berkesan selama ini ialah ikut mengantar anak dari putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ibas dan AHY saat naik ke puncak Gunung Lawu. (Ais)

Baca juga: Citibank Salah Transfer Rp 7 Triliun ke Rekening Nasabah, Tak Bisa Ditarik Kembali

Baca juga: Cuma Minum Air Kelapa, Suami Jadi Kuat di Ranjang, Istri Minta Ampun Hingga Lapor Polisi

Baca juga: Sedot Oli Mesin Motor Menggunakan Mulut, Penjual Ikan Bakar di Batang Tewas Dua Jam Kemudian

Baca juga: Nasi Komando Makanan Ekstrem Paling Enak dalam Pendidikan Komando TNI Marinir Ekstra Keras

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved