Kisah Warga Korut yang Ingin Mengubah Nasib di Korsel, Jika Tidak Bisa Adaptasi Bisa Mati Kelaparan
Kisah seorang yang ingin mengubah hidup dari tinggal di Korea Utara ke Korea Selatan menjadi gambaran perbedaan ideologi kedua negara tersebut.
"Dalam masa itu mereka mempelajari berbagai hal tentang masyarakat Korea Selatan mulai cara menggunakan mesin ATM dan infrastruktur transportasi modern Korea Selatan, dan cara mendapatkan pekerjaan."
"Mereka mempelajari berbagai hal tentang kewarganegaraan Korea Selatan, demokrasi, dan perbedaan."
Ada juga pusat-pusat komunitas yang menyediakan sumber daya bagi pengungsi yang dimukimkan kembali.
Mereka cenderung fokus pada periode transisi ini, yaitu dengan membantu para pembelot mendapatkan ponsel dan rekening bank serta berkenalan dengan komunitas lokal mereka.
Setelah Hanawon, para pembelot diberi rumah sewa umum.
Kim diberikan satu kardus berisi makanan, ramen, nasi, minyak dan bumbu-bumbu, untuk bertahan selama beberapa hari pertamanya.
Seorang konselor atau pembelot yang sudah menetap membantu membersihkan rumah dan memberikan dukungan tambahan.
"Kemudian mereka harus menjalani hidup mereka sendiri," katanya.
Siapa yang mengawasi mereka?
Seorang petugas polisi ditugaskan untuk mengawasi warga Korea Utara yang menetap di Korea Selatan.
"Anda bisa menganggapnya sebagai penugasan seorang kawan ramah setempat yang sesekali mengunjungi mereka," kata Park.
"Kadang-kadang mereka menjadi teman. Mereka biasanya perwira yang lebih tua, lebih seperti figur ayah."
"Perannya adalah untuk mendatangi mereka - hampir seperti layanan sosial."
Para petugas terkadang bekerja bersama-sama dengan asosiasi atau gereja.
Terkait dukungan kesehatan mental, Park mengatakan bahwa ada beberapa layanan konseling yang tersedia, tetapi memang bagian itu masih memerlukan perbaikan.