Kisah Warga Korut yang Ingin Mengubah Nasib di Korsel, Jika Tidak Bisa Adaptasi Bisa Mati Kelaparan
Kisah seorang yang ingin mengubah hidup dari tinggal di Korea Utara ke Korea Selatan menjadi gambaran perbedaan ideologi kedua negara tersebut.
Para pembelot Korea Utara diberi insentif untuk bekerja dan bertahan pada suatu pekerjaan dan mendapatkan keterampilan.
Bisnis Korea Selatan juga diberi insentif untuk mempekerjakan para pembelot.
Bagi yang ingin melanjutkan pendidikan, ada subsidi yang tersedia.
Para pembelot tidak perlu membayar untuk menempuh pendidikan tingkat sarjana dan mereka yang berusia di bawah 35 tahun juga dapat melanjutkan ke sekolah pascasarjana secara gratis.
Berbagai beasiswa juga tersedia.
Para pembelot juga mendapatkan bantuan finansial untuk hal-hal seperti belajar cara menggunakan komputer.
Kim Seong-min, seorang pembelot yang meninggalkan Korea Utara pada tahun 1996, menghargai kesempatan pendidikan yang tersedia.
Dia awalnya bekerja sebagai petugas kebersihan untuk seorang paman, tetapi kemudian mendapatkan gelar sarjana dalam bidang penulisan kreatif.
Itu membuka pintu masuk ke perusahaan penyiar publik, KBS, di mana dia menjadi penulis naskah untuk program drama.
Pada 2004, ia bergabung dengan Free North Korea Radio (Radio Pembebasan Korea Utara), sebuah stasiun yang sebagian besar dijalankan oleh para pembelot yang menyiarkan ke Korea Utara dan membawa kritik terhadap pemerintah dan kepemimpinan di sana.
Bagaimana perkembangan anak-anak pembelot? Mereka bersekolah di sekolah lokal Korea Selatan atau sekolah yang khusus melayani anak-anak Korea Utara.
Baca juga: Pioli Sebut Imbang di Old Trafford Lawan Manchester United Layaknya Sebuah Kemenangan AC Milan
Baca juga: Jadwal Samsat Keliling Kendal Hari Ini Jumat 12 Maret 2021
Baca juga: Prakiraan Cuaca Kendal Hari Ini Jumat 12 Maret 2021, Pagi Berawan Hujan Mulai Siang
Baca juga: Demi Uang Asuransi Rp 3,6 Miliar, Ayah Bunuh Dua Anak Kandungnya dan Rekayasa Sebuah Kecelakaan
Di sekolah-sekolah khusus itu, para murid "dikelilingi oleh anak-anak dari satu latar belakang yang sama," kata Tertitsky.
"Ini bukan tempat terbaik karena Anda mendapatkan pendidikan terbatas, Anda tidak terpapar pada masyarakat Korea Selatan."
"Di sisi lain, jika Anda bersekolah di sekolah Korea Selatan, anak-anak di sana bisa kejam. Mereka bisa meremehkan Anda dan tidak mudah untuk mengejar ketinggalan. Itu bukan tempat yang paling menyenangkan."
Secara umum, kata Kim, siswa Korea Utara di sekolah menengah, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi, tertinggal dalam bidang studi mereka dibandingkan dengan teman-teman di Korea Selatan, dan terkadang putus sekolah karena tantangan yang mereka hadapi.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Gadis Pembelot Korut, Begini yang Dialaminya Saat Tiba di Korsel"