Wawancara Eksklusif
Mantan Menkes Siti Fadilah Bicara Vaksin Nusantara (1): Saya Menghargai Pemikiran Terawan
Eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menerangkan ikut menjadi relawan untuk vaksin Nusantara yang dimotori mantan Menkes Terawan Agus Putranto.
TRIBUNJATENG.COM - Eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menerangkan ikut menjadi relawan untuk vaksin Nusantara yang dimotori oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.Siti mengikuti pengambilan sampel darah untuk uji klinik vaksin Nusantara di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (15/4) lalu.
Hal itu, kata dia, se sebagai bentuk dukungan kepada Terawan meski Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum memberikan izin uji klinik fase II untuk vaksin Nusantara."Saya menghargai pemikiran dia (Terawan). Kalau ilmu pengetahuan tidak hanya logis, tapi juga harus dibuktikan. Saya rela menjadi relawan untuk membuktikan hipotesis dia," ujar Siti.
Disampaikan Siti saat berbincang bersama jajaran redaksi dan Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network Domu D. Ambarita dan News Manager Tribun Network, Rachmat Hidayat Jumat (16/4).
Siti pun menceritakan bagaimana dirinya mau menjadi relawan vaksin Nusantara. "Saya menghargai pemikiran dia (Terawan)," sambungnya.
Menurut Siti suatu penilitan dan ilmu pengetahuan tidak hanya logis, tapi juga harus dibuktikan. "Saya rela menjadi relawan untuk membuktikan hipotesis dia (Terawan)," tuturnya.
Berikut petikan wawancara Tribun Network bersama Eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari:
Bagaimana pandangan Anda soal vaksin Nusantara, kenapa mau jadi relawan?
Vaksin Nusantara merupakan vaksin dengan metode sel dendritik autolog yang dipaparkan dengan antigen protein S dari Covid-19. Sel dendritik yang telah dikenali antigen akan diinjeksikan kembali ke dalam tubuh.
Di dalam tubuh, sel dendritik itu akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap virus corona. Sel dendritik adalah sel imun yang akan mengajarkan sel-sel lain untuk memproduksi antibodi.
Kalau itu memang logis. Penelitian yang itu harus diteruskan, tapi itu kan secara ilmu pengetahuan. Kalau Badan POM mempunyai pertimbangan yang saya tidak tahu. Saya menghargai pemikiran dia (Terawan).
Kalau ilmu pengetahuan tidak hanya logis, tapi juga harus dibuktikan. Saya rela menjadi relawan untuk membuktikan hipotesis dia.
Tidak ada perhitungan yang aneh-aneh, tidak ada. Cuma spontan saja, kok Pak Sudi ikut, Pak Ikhsan ikut, ya aku ikut dong. Tidak ada beban. Mudah-mudahan fase II ini tidak dijegal lagi. Akan ketahuan hasilnya.
Seorang peneliti itu mempunyai hipotesis kemudian berproses untuk membuktikan dengan penelitian. Kalau hasilnya sesuai hipotesis alhamdulilah, kalau tidak sesuai pasti ada yang ditemukan sesuatu. Itulah mengapa saya rela ikut menjadi uji klinik dari proyeknya dokter Terawan. Menurut saya tidak ada ruginya.
Sudah menjalani uji klinik fase II berarti?
Sudah diambil darahnya, 44 CC. Kemudian darah itu diproses, diambil sel-sel darah saya, sel dentitrik saya diambil dari darah saya tersebut, dipisahkan. Setelah terpisah dentitrik saya ini diadu dengan virus Covid-19 yang konon katanya berasal dari Amerika. Tidak apa. Setelah diadu, maka dendritik saya jadi pintar untuk melawan Covid-19 itu.