Berita Semarang
Angka Kasus Stunting di Semarang Melonjak saat Pandemi, Tertinggi di Kelurahan Polaman
Pada masa pandemi Covid-19, angka stunting di Kota Semarang sendiri mengalami kenaikan. Polaman menjadi kelurahan terbanyak kasus stunting ini.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: moh anhar
Menurutnya, Pemerintah Kota Semarang juga tidak hanya fokus terhadap penanganan stunting melainkan juga pernikahan dini.
Pasalnya, pernikahan dini menjadi bagian dari faktor penyebab stunting.
Pemerintah Kota Semarang juga tetap menjalankan program di luar 25 kelurahan tersebut untuk mencegah tidak timbul stunting.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Moh Abdul Hakam menguraikan, ada delapan program inovasi Dinkes untuk menekan angka stunting dam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
Penanganan stunting tidak cukup hanya bayi yang lahir saja, melainkan mulai dari mempersiapkan calon agar siap mengasuh anak dengan baik melalui program Tugu Muda (cantik, bugar, produktif menuju Keluarga Idaman).
"Dari sebelum menikah ada kelas calon pengantin supaya kalau sudah berkeluarga, istri hamil, melahirkan, pola asuh sudah dimengerti," ujar Hakam.
Baca juga: 807 Hidung Anggota Polres Kudus Dimasuki Alat Rapid Test Antigen
Baca juga: BNNP Jateng Musnahkan Ratusan Narkoba Jenis Sabu dan Tembakau Gorila, Terbanyak Wilayah Jepara Pati
Baca juga: Rumah Pengundang Dewi Perssik di Kudus Didatangi Satgas Covid-19, Sekeluarga Swab Test Antigen
Menurut Hakam, 1.000 hari sejak kelahiran anak harus diperhatikan agar tidak terjadi kasus stunting.
Apalagi, bagi pasangan suami istri yang bekerja harus memastikan pengasuh di rumah dikontrol ketat dan memahami pola asuh.
Selain program Tugu Muda, ada tujuh pogram lain yaitu Raisa (rawat inap ibu bersalin), San Piisan (pendamingan ibu nifas dan bayi baru lahir), Gen Hebat (generasi sehat, bugar dan tangguh), Sampokong (santri milenial ponpes Kota Semarang), Menara Paris (menuju Semarang pariwisata sehat), dan Lawang Sewu (layanan warga semarang sehat Setiap waktu). (*)