Berita Semarang
Lagi Gelandangan di Semarang Ditemukan Meninggal, Jhon Tewas di Pinggir Jalan Kokrosono Semarang
Pak Jhon gelandangan Kota Semarang ditemukan tewas di Jalan Kokrosono, Bulu Lor, Semarang Utara, Kota Semarang, Sabtu (3/7/2021) sekira pukul 13.00 WI
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Catur waskito Edy
Penulis : Iwan Arifianto
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pak Jhon gelandangan Kota Semarang ditemukan tewas di Jalan Kokrosono, Bulu Lor, Semarang Utara, Kota Semarang, Sabtu (3/7/2021) sekira pukul 13.00 WIB.
Korban ditemukan dengan posisi miring ke kanan mengenakan pakaian kemeja motif kotak-kotak.
Ada roti wafer, gelas, dan minuman susu cokelat yang dibungkus plastik berada di samping mayat korban.
Saksi mata, Astutik (57) mengatakan, korban hidup menggelandang yang setiap harinya berada di Jalan Kokrosono.
Korban tiap hari mondar-mandir dan tidur di kawasan Jalan tersebut.
"Kami biasa manggil Pak Jhon.
Sudah lama di sini sekitaran Jalan Kokrosono," katanya.
Dia mengatakan, korban terlihat masih tidur namun masih hidup.
Kakinya beberapa kali bergerak pada pukul 10.00.
Selepas itu, korban sudah tampak tak bergerak lagi sekira pukul 13.00.
"Saya lihat korban kok diam saja padahal sudah siang jadi laporan ke polisi," katanya.
Hasil pemeriksaan petugas medis dan kepolisian, tak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban.
Diduga korban meninggal dunia lantaran sakit.
Korban dievakuasi oleh petugas yang mengenakan Alat pelindung diri (APD) lengkap.
Mayat korban dibawa ke RSUP Kariadi untuk penanganan lanjutan.
Tanggapan Kadinkes
Sebelumnya diberitakan beberapa hari terakhir marak ditemukan gelandangan di Kota Semarang meninggal dunia terpapar Covid-19.
Ada pula warga yang melakukan isolasi mandiri meninggal dunia.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Moh Abdul Hakam mengatakan, temuan tersebut menandakan sebaran kasus sudah terlalu luas.
"Orang bilang disinfektan tidak ada gunanya, tapi ternyata orang di pinggir jalan terpapar.
Makanya, di satu sisi lingkungan dibersihkan, di sisi lain mari membiasakan diri tertibkan prokes sama vaksinasi digalakkan," terang Hakam, Rabu (30/6/2021).
Menurut Hakam, orang yang meninggal karena terpapar Covid-19 tidak perlu ditakuti.
Justru, yang perlu diwaspadai adalah masyarakat yang masih hidup karena mereka bisa memaparkan atau menularkan virus.
Meski cairan yang keluar dari seluruh lubang jenazah Covid-19 kemungkinan ada infeksius, namun hal itu bisa diantisipasi dengan menggunakan alat pelindung diri (APD).
Saat ini, pihaknya sedang meminta seluruh pihak baik kecamatan, kelurahan, relawan, maupun Disperkim yang memiliki ambulan jenazah untuk bergerak bersama menangani apabila ada orang atau warga yang meninggal mendadak.
Pasalnya, tenaga kesehatan (nakes) sendiri sudah kewalahan melakukan tracing, vaksinasi, dan merawat warga yang terpapar Covid-19 baik di tempat isolasi.
"Kami dari Dinkes memastikan jika ada warga yang meninggal karena Covid-19. Teman-teman OPD lain kolaborasi menangani bersama karena ini menjadi tanggungjawab bersama bukan Dinkes saja.
Semua bisa ikut memberi layanan walaupaun dia (warga) meninggal," jelas Hakam.
Jika nakes sudah melakukan pemeriksaan bahwa ada gelandangan atau warga meninggal karena terpapar Covid-19,
Hakam berharap ada kolaborasi penanganan dengan instansi lainnya untuk bersama-sama melakukan pemulasaran dan memakamkan secara protokol kesehatan.
"Kalau sudah dirapid teman-teman puskesmas, pemulasaran jenazah harus secara protokol kesehatan. Memandikan pakai APD.
Siapa yang memandikan? Ada karang taruna, ada pihak yang lainnya," sebutnya. (iwn/eyf)
Baca juga: Jalan Lawu Karanganyar Ditutup Mulai Petang Hingga Pagi Selama PPKM Darurat
Baca juga: Upaya Balik Modal AC Milan Bisa Jadi Blunder Fatal, Hauge dan Leao Masuk Daftar Dijual
Baca juga: Suasana Simpang Lima saat PPKM Darurat Bikin Salfok Warganet: Bersih Banget kayak di Luar Negeri
Baca juga: Pengedar Narkoba Ditembak Mati Setelah Tusuk Polisi yang Hendak Menangkapnya
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :