Berita Banjarnegara
Indahnya Embun Upas di Dieng Saat PPKM Darurat, Wisatawan hanya Bisa Gigit Jari
Jika beruntung, mereka bisa menyaksikan fenomena langka embun es ( bun upas) yang pemandangannya menakjubkan. Saat momentum itu datang, hamparan rerum
Penulis: khoirul muzaki | Editor: m nur huda
Namun setelah embun es berlalu, tanah justru menjadi lebih subur dan hasil panen berikutnya menjadi lebih baik.
"Kalau keterangan dari petani sendiri, memang ketika terkena embun upas, itu bisa menyebabkan gagal panen. Tapi pasca-itu, mereka mendapatkan nilai lebih. Panen berikutnya biasanya melipat," kata Uut.
Mengutip Harian Kompas, 9 Agustus 2019, para petani di Dieng mengamati bahwa fenomena embun upas tak ubahnya proses sterilisasi alam.
Dari pengamatan sejumlah petani, diketahui bahwa setelah terserang embun upas, masa tanam berikutnya panen kentang yang dihasilkan bisa berlipat ganda.
Hal itu disebabkan bakteri dan hama penyerang kentang ikut mati akibat dinginnya embun es.
Dalam kondisi normal, kentang yang dapat dipanen berkisar 12-15 ton per hektar.
"Embun upas juga membunuh organisme tanaman pengganggu dan ulat kentang sehingga tanah makin subur dan hasil panen berikutnya bisa berlipat,” kata Saroji, petani kentang yang memiliki warung makan serta penginapan di Dieng.
Hal serupa disampaikan Umar, petani lainnya. Ia memilih membiarkan ladangnya begitu saja sambil menunggu serangan embun upas selesai.
”Ini proses sterilisasi alam karena hama seperti lalat dan jamur ikut mati. Yang penting sabar saja,” ujar Umar yang juga mencari nafkah dengan berjualan minuman dan makanan ringan di kompleks Candi Arjuna.
Penjelasan BMKG Soal Suhu Dingin
Beberapa hari terakhir suhu udara di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mulai terasa dingin.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, suhu dingin itu memang jadi tanda masuk musim kemarau setelah melewati masa pancaroba.
Ini penjelasan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) soal suhu dingin beberapa waktu terakhir.
Dari pantauan suhu pagi hari, Rabu-Kamis (7-8/7/2021) menyentuh angka 19 derajat Celcius.
“Istilahnya itu adalah mbediding,” ungkap Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) Yogyakarta, Reni Kraningtyas kepada Tribun Jogja (Tribun-Network), Rabu (7/7/2021).