Berita Banjarnegara
Indahnya Embun Upas di Dieng Saat PPKM Darurat, Wisatawan hanya Bisa Gigit Jari
Jika beruntung, mereka bisa menyaksikan fenomena langka embun es ( bun upas) yang pemandangannya menakjubkan. Saat momentum itu datang, hamparan rerum
Penulis: khoirul muzaki | Editor: m nur huda
Dijelaskannya, fenomena mbediding ini terjadi akibat adanya pergerakan massa udara dingin dan kering dari Australia ke Asia, melewati Indonesia.
Mbediding juga biasanya disebut sebagai Monsoon Australia .
“Tutupan awan relatif sedikit dan pantulan panas dari bumi yang diterima dari sinar matahari tidak tertahan oleh awan. Sehingga, langsung terbuang dan hilang di angkasa,” jelasnya.
Dengan kata lain, mbediding adalah perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau.
Suhu udara menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi, sementara di siang hari suhu melonjak hingga panas menyengat.
“Kandungan air di dalam tanah menipis. Begitupula dengan kandungan uap air di udara juga rendah. Maka, kelembapan udara rendah,” kata Reni.
BMKG memantau, mbediding sudah terjadi dalam lima hari belakangan dengan suhu udara 18-23 derajat Celcius.
Adapun kelembapan udara permukaan minimum 50-58 persen.
“Perkiraannya, kondisi seperti itu bisa terjadi hingga Agustus mendatang,” tambah Reni.
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap menjaga imunitas di musim seperti ini.
Cukupi kebutuhan cairan serta makan dan minum yang hangat.
Pada malam hari, dianjurkan untuk menggunakan selimut tebal agar tidak kedinginan.
“Suhu pendingin ruangan juga sebaiknya tidak terlalu rendah karena udara juga masih cukup dingin,” bebernya.
Dilanjutkannya, masyarakat bisa menggunakan krim kulit agar lembap selalu.
“Waspadai potensi penyakit pernafasan yang berasal dari virus atau bakteri. Kulit dan bibir bisa menjadi kering. Hati-hati juga dengan mimisan,” ungkap Reni.ITribun Jateng/Tribun Jogja/Kompas.com)