Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

BERITA LENGKAP : Ahli Geodesi Prediksi Tahun 2050 Pesisir Semarang Demak dan Pekalongan Tenggelam

Penampakan lingkungan Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak yang terdampak rob makin tinggi dan lama surut.

Rifqi Gozali
seorang warga melintas di jalan yang tergenang air rob di Dukuh Pandansari, Desa Bedono, Jumat (14/5/2021). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Sejumlah kota di Pantura termasuk Pekalongan, Semarang dan Demak diprediksi oleh ilmuwan mengalami penurunan dan beberapa tahun ke depan akan 'tenggelam', genangan rob meluas.

Ahli Geodesi ITB menyebut permukaan tanah di Semarang, Pekalongan, Demak dan kota-kota di pesisir mengalami penurunan 15-20 cm per tahun.

Tribunjateng.com melakukan penelusuran menemui orang tua atau warga yang tinggal di pesisir Pantura di Semarang, Demak dan Pekalongan. Karno (76) seperti tidak kaget ketika diberitahu bahwa wilayah pesisir Pantura akan tenggelam puluhan tahun mendatang, sebagaimana prediksi para ahli.

Kepada tim Liputan Khusus Tribun Jateng, ia bercerita, pada 20 tahun silam tingggal di Tambaklorok Semarang. Pada saat itu, jarak rumah dengan pantai masih berkisar satu kolometer, namun terus termakan air hingga sekarang berada persis di tepi pantai.

"TPI yang dibangun pak Sukawi sudah hilang sekarang. Dulu juga ada lapangan sekarang sudah hilang. Saya tadinya tinggal di Tambak Lorok, kemudian 20 tahunan yang lalu memutuskan pindah. Saya jual murah karena tiap hari terendam air asin," terangnya.

18 Rumah roboh

Kini Karno berserta keluarga tinggal di daerah Cilosari Kota Semarang. Menurutnya abrasi terus terjadi sepanjang tahun secara perlahan-perlahan yang membuat beberapa daerah termakan air. Bahkan beberapa hari lalu ada 18 rumah roboh akibat diterjang ombak.

"Sudah banyak rumah yang hilang tenggelam. Dulunya rumah yang ada sekarang ini jaraknya dari bibir pantai masih sekitar satu kilometer, sekarang sudah mepet laut," imbuhnya.

Menurut Karno, banyak rumah-rumah warga yang ditinggal begitu saja oleh pemiliknya karena setiap hari terendam air rob. Rumah tersebut susah dijual karena tergenang air setiap hari dan terpaksa harus ditinggalkan begitu saja.

Turun 12 Sentimeter

Selain pengambilan air tanah yang berlebihan, fakta penurunan muka tanah di Kota Semarang maupun Kabupaten Demak juga dipengaruhi transgresi (pergeseran garis pantai ke arah daratan yang lebih tinggi) di masa geologi saat ini. Hal itu merupakan sebuah proses geologi yang dibuktikan dengan adanya sedimentasi di pantai utara.

Kepala Dinas ESDM Jawa Tengah, Sujarwanto, mengatakan pernah melakukan pengetesan pengeboran di kedalaman 125 meter di halaman kantornya, yang berlokasi di Jalan Madukoro, Tawangmas, Semarang Barat. Dari hasil pengeboran tersebut, ia mendapati bahwa terdapat lapisan sedimen yang saling mengisi.

"Sedimennya saling berkaitan dan itu masih belum solid. Sampai saat ini masih terjadi proses konsolidasi sedimen. Maka akan semakin cepat penurunannya, apabila ditambah dengan beban bangunan di permukaannya," ujarnya.

Meskipun sedimen yang terbentuk cukup tebal, namun karena tidak begitu solid maka membuat permukaan tanah mudah turun. Hal itu ditambah dengan banyaknya industri yang menggunakan air tanah di wilayah pesisir.

"Sudah kondisi tanahnya seperti itu, ditambah pengambilan air tanah sebagai penopang permukaan hilang diambil oleh industri. Maka ini akan mempercepat penurunan muka tanah," tegasnya.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved