Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

BERITA LENGKAP : Ahli Geodesi Prediksi Tahun 2050 Pesisir Semarang Demak dan Pekalongan Tenggelam

Penampakan lingkungan Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak yang terdampak rob makin tinggi dan lama surut.

Rifqi Gozali
seorang warga melintas di jalan yang tergenang air rob di Dukuh Pandansari, Desa Bedono, Jumat (14/5/2021). 

Air bawah tanah

Pihaknya mengaku sudah melakukan koordinasi dengan dinas terkait untuk lebih mengawasi penataan kota. Ia berharap, industri-industri besar tidak terlalu mendekati pesisir Kota Semarang.

"Industri yang cenderung eksploitatif terhadap air bawah tanah juga musti digeser. Tidak boleh ada di pesisir. Pesisir hanya bisa untuk kantor jasa atau perniagaan," paparnya.

Berdasarkan catatannya, penurunan muka tanah di Kota Semarang berkisar antara 6 hingga 12 cm per tahun. Maka pihaknya sangat mengontrol penggunaan air bawah tanah untuk komersil.

"Jujur banyak pengusaha yang marah kepada saya. Tapi tidak apa-apa. Lebih baik kan saya menyelamatkan lingkungan. Kalau nekat ya saya sadarkan. Berarti mereka ikut andil dalam penurunan muka tanah," tambahnya.

Tak hanya upaya itu saja, ia juga mendorong PDAM untuk mempercepat pembangunan SPAM Semarang Barat yang diambil dari Waduk Jatibarang.

Karena dengan adanya itu, bisa memenuhi kebutuhan air bersih untuk warga Kota Semarang.

"Kalau itu sudah jalan. Kebutuhan air di kota ini bisa terpenuhi. Sehingga tidak perlu lagi menggunakan air bawah tanah," tegasnya.

Adapun pembangunan tanggul laut yang jadi satu dengan tol Semarang-Demak sejatinya tidak mengatasi land subsidence. Tanggul laut tersebut hanya untuk mencegah masuknya air laut ke daratan.

"Tidak bisa mencegah penurunan muka tanah. Hanya mengatasi masuknya air laut ke daratan. Konsepnya bagus," tuturnya.

Sawah jadi laut

Rodi, satu di antara warga Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak mengenang masa lalu. Pasalnya, tanah miliknya sudah lenyap ditelan oleh ganasnya air laut yang menjorok ke daratan.

Sejak lahir pada tahun 1966, Rodi kecil mengaku kerap bermain di pematang sawah bersama teman-temannya sebaya.

"Daerah sini dulu bagus. Masih banyak rumput. Masih ada tanaman padi. Saya dulu punya sawah di sini. Beberapa kali juga kerap main di sini dengan teman-teman," ujarnya.

Sejak dia lahir hingga memiliki anak, Rodi mengaku sering mengalami yang namanya rob. Namun itu hanya terjadi di hari tertentu.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved