Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wabah Pandemi

Sehari Ada 1.030 Pasien Meninggal Terinfeksi Virus Corona, Jokowi Minta Pemda Kurangi Isoman

Tren kasus harian Covid-19 di Indonesia berdasarkan data nasional terlihat menurun. Meski begitu, masih banyak indikator yang perlu diperhatikan.

YouTube/Sektretariat Presiden
Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat menyampaikan pidato di Sidang Tahunan MPR 2021. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Pemberlakuan PPKM Jawa-Bali tanggal 17 hingga 23 Agustus 2021. Belum tahu apakah PPKM akan diperpanjang lagi atau tidak.

Tren kasus harian Covid-19 di Indonesia berdasarkan data nasional terlihat menurun. Meski begitu, masih banyak indikator yang perlu diperhatikan.

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo menjelaskan, terkait level daerah ada kabar baik, menurutnya beberapa daerah sudah turun levelnya.

"Dari asesmen situasi memang untuk Jawa-Bali dari 7 provinsi, provinsi Jatim, Jawa Barat, DKI levelnya turun dari 4 ke 3. Tetapi kalau kita lihat dari mobilitasnya harus hati-hati, karena mobilitas Jawa-Bali sekarang naik," ungkap Windhu, Minggu (22/8).

Sementara itu, di luar Jawa dan Bali turun. Hal itu menurutnya karena di Jawa dan Bali ada pelonggaran.

"Virus itu ikut inangnya (orang), kalau inangnya melakukan mobilitas risiko penularan akan naik, ini yang harus diwaspadai," imbuh Windhu.

Sorotan lainnya, masih dari data Google Mobility, terdapat pergerakan dari luar Jawa-Bali ke Jawa-Bali "Kalau kita tidak waspada yang terjadi pingpong aja. Bisa jadi (kasus) Jawa Bali naik lagi.

Bahwa ada mobilitas meningkat dan itu dampak dari pelonggaran," ujar Windhu. Terkait tren kasus yang turun, menurut dia, masyarakat harus berhati-hati dalam membaca data.

Kematian tinggi

Dia menjelaskan, kasus yang turun selain karena keadaan yang membaik, juga disumbang dari penurunan testing. Menurut Windhu, testing Indonesia sempat bagus pada bulan Juli, bisa mencapai 3,5 kali lipat dari target WHO.

Akan tetapi, sekarang PCR tidak memenuhi batas minimal WHO. Justru yang menjadi sorotan menurut Windhu adalah kasus kematian yang tinggi.

"Seperti di Jawa Timur masih tinggi. Jangan-jangan seperti api dalam sekam. Banyak orang yang tidak dites, jadi terlambat, mengalami pemberatan, lalu meninggal," ungkap Windhu.

Dia menambahkan, saat ini banyak kematian di luar rumah sakit. Windhu menuturkan meskipun kasus di daerah mulai rendah, tapi kalau kematiannya rendah berarti ada sesuatu.

Terkait perpanjangan PPKM, menurut Windhu tidak penting apapun namanya, tapi yang harus diperhatikan adalah indikatornya. PPKM yang telah berjalan beberapa waktu terakhir mengalami perbedaan dari PPKM awal.

"Ndak penting nama itu perpanjangan atau apa wong nyatanya perpanjangan-perpanjangan tapi yang terjadi pelonggaran-pelonggaran," kata Windhu.

Selain itu Windhu menyoroti pentingnya melakukan testing dan tracing yang lebih kuat. Dia menyebut ada beberapa daerah yang sudah bagus tracingnya sudah melewati batas minimal Kemenkes.

"Tapi celakanya kontak erat yang ditemukan tidak dilanjutkan dengan testing. Yang dilanjutkan tidak sampai 50%. Bayangkan untuk apa melakukan tracing. Bahkan ada daerah yang hanya 7%," imbuh Windhu.

Menurut Windhu juga, banyak daerah yang tidak mengerti tujuan tracing. Seakan-akan tracing hanya untuk laporan saja. Padahal, tujuan tracing adalah untuk memutuskan rantai penularan. Kegiatan tracing harus dilanjutkan dengan testing untuk menemukan kasus positif untuk kemudian diisolasi.

Evaluasi Presiden

Presiden Jokowi mengatakan virus corona sangat sulit diprediksi. Karena itu pihaknya meminta semua pihak berhati-hati, meskipun dalam beberapa waktu terakhir terjadi penuruan kasus dan penurunan BOR (bed occupancy rate/keterisian tempat tidur) di sejumlah wilayah.

"Jangan sampai ada varian baru datang karena bermutasi dan kita tidak waspada, tahu-tahu meledak menjadi jumlah yang sangat banyak," kata Jokowi beberapa hari lalu.

Melansir covid19.go.id pada Minggu (22/8) siang, terkonfirmasi sebanyak 3.967.048 kasus positif, dengan 3.522.048 telah sembuh dan 125.342 meninggal dunia.

Selanjutnya, agar dapat menurunkan penyebaran kasus, Jokowi memerintahkan pemerintah daerah dapat mengurangi tingkat isoman dan fokus menjadi isolasi terpusat (isoter).

Menurut Jokowi, isoter akan sangat mengurangi penyebaran virus. Jokowi meminta agar stok obat-obatan selalu tersedia dan segera diberikan bagi yang membutuhkan. Isolasi terpusat, tambahnya, menjadi kunci yang baik untuk mengurangi penyebaran dan kematian akibat virus corona.

Hari Minggu (22/8) tercatat ada 12.408 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan itu menyebabkan total kasus Covid-19 kini mencapai 3.979.456 orang. Selain kasus positif, pemerintah juga melaporkan ada penambahan 24.276 pasien Covid-19 yang sembuh dalam sehari.

Dengan demikian, total pasien sembuh dari Covid-19 sampai saat ini berjumlah 3.546.324 orang. Namun, masih ada kabar duka dengan angka kematian akibat Covid-19 yang terus bertambah.

Dalam sehari, ada 1.030 pasien yang tutup usia setelah terinfeksi virus corona. Sehingga, total angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 126.372 orang. (kompas/tribun)

Baca juga: Hari Ini Mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara Divonis

Baca juga: Cristiano Ronaldo Tak Dimainkan saat Juventus Lawan Udinese, Pavel Nedved: Jangan Berspekulasi!

Baca juga: Resep Hunkwe Coklat Pisang Cocok Jadi Camilan atau Ide Jualan

Baca juga: PENELUSURAN : Makin Marak Kos Mewah di Semarang Jadi Tempat Mesum, Tian Sering Bawa Pria Masuk Kamar

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved