Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Manfaat Jahe

Minum Jahe setelah Makan Ya, Berikut Panduan BPOM Bagi yang Mau Konsumsi Ramuan Herbal

Obat herbal termasuk jahe menjadi alternatif bagi masyarakat untuk menambah daya tahan hingga pengobatan selama pandemi Covid-19

Editor: muslimah
Tribunjateng.com/Like Adelia
Jahe rempah dan jahe rempah susu di angkringan jahe rempah Si Doel Taman Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang, Minggu (22/9/2019) 

TRIBUNJATENG.COM - Obat herbal termasuk jahe menjadi alternatif bagi masyarakat untuk menambah daya tahan hingga pengobatan selama pandemi Covid-19 .

Tak sedikit juga yang mencari obat herbal untuk mencegah virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, menyerang tubuh.

Lantas bagaimana memilah tanaman atau obat-obatan tradisional yang diklaim dapat berkhasiat pada imunitas tubuh manusia ini?

Baca juga: Bisakah Kopi Dicampur dengan Jahe? Berikut Penjelasan dan Manfaatnya

Baca juga: Bolehkan Penderita Asam Lambung Mengonsumsi Jahe? Simak Aturannya

Badan POM (BPOM) Republik Indonesia memberikan keterangan mendasar mengenai klaim tanaman atau obat tradisonal yang berkaitan dengan imunitas tubuh.

Menurut BPOM, ada klasifikasi atau kategori klaim pada obat tradisional yang dapat membantu memelihara daya tahan tubuh dan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas.

Obat tradisional yang masuk dalam kategori dapat memelihara daya tahan tubuh adalah jamu dan obat herbal terstandar.

"Untuk obat tradisional yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh adalah kategori fitofarmaka.

Karena sudah memenuhi bukti empiris, in vitro di laboratorium, ini vivo atau pengujian pada hewan, dan uji kli pada manusia," kata BPOM.

Umumnya, obat tradisional yang masuk dalam kategori fitofarmaka sudah memenuhi syarat dari BPOM RI.

Namun dalam penggunaannya, BPOM mengingatkan yang terpenting adalah memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Reaksi alergi individu

Setiap orang memiliki kondisi tubuh yang berbeda.

Oleh sebab itu, reaksi tubuh dalam merespons sesuatu, terutama yang dikonsumsi, juga akan berbeda.

Tidak semua orang akan baik-baik saja saat mengkonsumsi obat tradisional yang sama.

2. Kelompok yang berisiko

Tidak semua orang aman mengonsumsi obat herbal. BPOM mengatakan ada beberapa kelompok yang justru berisiko jika mengonsumsi obat herbal, yakni bayi, anak-anak, wanita hamil, orang lanjut usia, serta orang dengan kondisi penyakit tertentu, terutama jika membutuhkan konsultasi dokter.

3. Takaran dan kombinasi tidak berlebihan

Umumnya, obat tradisional yang sudah dikemas seperti jenis fitofarmaka memiliki anjuran takaran konsumsi.

Ada baiknya jika Anda mengonsumsi obat, memang pelu sekali memperhatikan imbauan dan anjuran pakai, sebelum mengonsumsi obat tersebut.

4. Hati-hati penggunaan jangka panjang

Penggunaan jangka panjang untuk megonsumsi obat-obatan memang selalu disebutkan oleh para ahli medis, hal ini juga berlaku untuk obat herbal.

Pemakaian obat herbal dalam jangka panjang pun dapat mengganggu beberapa fungsi organ.

5. Konsultasi dengan dokter untuk penggunan bersamaan dengan obat lainnya

Jika Anda memiliki kebutuhan obat tetentu dan harus mengonsumsinya demi menekan penyakit yang diderita, sebaiknya penggunaan atau konsumsi obat lainnya pelu dikonsultasikan dengan dokter yang merawat Anda.

Hal ini agar tidak terjadi efek samping dari konsumsi obat yang bertentangan dengan kandungan di dalamnya.

Saran BPOM

Etalase tanaman obat di kawasan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, Tawangmangu, Solo.
Etalase tanaman obat di kawasan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, Tawangmangu, Solo. (Dian Maharani)

Berikut beberapa saran BPOM dalam memilih obat herbal untuk membantu memelihara daya tahan tubuh Anda.

1. Herba Sambiloto

Bahan Herba Sambiloto yang kering dengan takaran 3 gram, bisa Anda konsumsi 2 kali sehari.

Sedangkan, yang serbuk kering takaran 1,5-3,0 gram, bisa Anda konsumsi 3 kali sehari.

2. Herba Meniran

Bahan Herba Meniran yang segar, dengan takaran 45-90 gram per hari dapat dikonsumsi dalam 2-3 dosis atau porsi.

3. Temulawak

Bahan Temulawak yang serbuk kering, dengan takaran 3,5 gram per hari dapat dikonsumsi dalam 3 dosis atau porsi.

4. Kunyit

Bahan kunyit yang segar, dengan takaran 3,0-9,0 gram per hari dan yang serbuk kering dapat dikonsumsi dengan takaran 1,-3,0 gram per hari.

5. Jahe

Bahan jahe yang serbuk kering dapat dikonsumsi dengan takaran 1,0-4,0 gram per hari.

6. Jambu biji

Jambu biji ini dapat dimakan langsung satu buah dengan ukuran sedang.

Cara penyajian secara umum

Berikut cara penyajian obat herbal secara umum menurut BPOM:

Bahan segar dan bahan kering direbus dalam air mendidih bersuhu 100 derajat Celsius selama 15-30 menit.

Bentuk serbuk kering dapat diseduh dalam satu gelas air mendidih selama 5 menit.

Namun, ada hal yang perlu Anda perhatikan yaitu bahwa rebusan atau seduhan tanaman herba sambiloto sebaiknya dikonsumsi sebelum makan.

Ilustrasi teh jahe.
Ilustrasi teh jahe. (Shutterstock)

Sedangkan, seduhan jahe sebaiknya dikonsumsi setelah makan. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ingin Konsumsi Ramuan Herbal untuk Cegah Corona? Begini Saran BPOM

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved