Berita Kudus
Bangkit Dari Pandemi, Pengusaha Rokok di Kudus Luncurkan Varian Baru Untuk Penetrasi Pasar
Kondisi pandemi tidak menyurutkan pelaku usaha rokok golongan III untuk terus berinovasi. Kondisi pasar rokok yang mengalami keterpurukan.
Penulis: raka f pujangga | Editor: rival al manaf
Menurutnya, wilayah pesisir Jawa Barat dinilai pasar yang empuk untuk penjualan rokok sigaret kretek tangan (SKT).
"Karena harga rokok kami lebih kompetitif daripada rokok SKT yang merek terkenal. Tapi secara kuaitas kami tidak kalah," ujar dia.
Dia berharap, pemerintah dapat memberikan stimulus untuk mempercepat pemulihan ekonomi yang membaik.
Di antaranya dengan memberikan bantuan agunan agar pita cukai yang dibeli tidak harus tunai.
Selama ini, perusahaannya harus membayar pita cukai itu secara tunai. Sedangkan perusahaan rokok yang besar bisa mengangsur selama tiga bulan karena memiliki agunan.
"Seandainya kami dibantu pinjaman sebagai agunan, sehingga pembelian pita cukai tidak harus tunai akan sangat membantu bagi kami," jelas dia.
Dengan begitu, modal yang semula dipakai untuk membayar pita cukai bisa dialihkan guna memperluas pasar.
Misalnya dengan menyediakan lima unit motor untuk membantu pemasaran di daerah-daerah potensial.
"Kalau penjualannya lancar dan pasarnya makin luas, otomatis pembelian pita cukai semakin besar dan penerimaan negara juga akan meningkat," ucapnya.
Sementara itu, buruh rokok, Sukarfi (40) warga Bulungcangkring mengatakan sudah setahun bekerja di sana.
Dalam sehari, dia harus memotong sedikitnya 4.000 batang rokok sigaret kretek tangan.
"Sehari buat 4.000 batang rokok," ujarnya. (raf)