Berita Kabupaten Tegal
Serasa Berwisata di Bali, Yuk Berburu Kuliner Sambil Menikmati Hamparan Sawah di Ubud Brayo Batang
Berbagai kuliner khas Bali dengan pemandangan hamparan sawah terasering akan membuat pengunjung seakan berada di Pulau Dewata.
Penulis: dina indriani | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Berbagai kuliner khas Bali dengan pemandangan hamparan sawah terasering akan membuat pengunjung seakan berada di Pulau Dewata.
Apalagi nuansa khas Bali begitu kental terasa dengan beragam pernak-perniknya.
Adalah Ubud Brayo, wisata kuliner baru di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Brayo Kecamatan Wonotunggal.
Pengunjung bisa berburu berbagai macam kuliner tradisional khas Bali seperti nasi jinggo, nasi sela, sate plecing, sate lilit, soto bali, dan lainnya.
Baca juga: Pulihkan Ekonomi saat Pandemi, Mahasiswa KKN UNS Bantu Warga Kampung Batik Semarang Bikin Website
Baca juga: Enam Bulan Gerakan Tersenyum Kumpulkan 5.975 Liter Minyak Jelantah dari Warga Kabupaten Tegal.
Baca juga: Peringati Hari Perhubungan Nasional, Sekda Banyumas Minta Dishub Tingkatkan Inovasi Pelayanan Publik
Tidak hanya itu, makanan tradisional lainnya pun juga tersedia seperti es dawet ayu, gado-gado, bakso, gula asam, arum manis, aneka jajan pasar, serabi kalibeluk rujak, nasi urap, dan lainnya.
"Jadi memang konsep yang kami buat bernuansa Bali, sehingga makanan yang adapun kebanyakan khas Bali walaupun memang makanan tradisional lokal Batang juga ada agar tetap makanan yang tersedia beragam," tutur Manajemen Ubud Brayo Rizqi Arsadani kepada Tribunjateng.com, Minggu (19/9/2021).
Terdapat 17 lapak dari 24 UMKM yang tergabung dalam penyediaan kulineran di Ubud Brayo.
"Semua pedagang itu dari UMKM Batang, kita saling melengkapi untuk makanannya," ujarnya.
Untuk sistem transaksi di Ubud Brayo, pengunjung harus menukarkan uang rupiah dengan koin kepeng.
Satu koin kepeng berharga Rp 2 Ribu.
Untuk harga, pengelola pun memberikan patokan tidak lebih dari 5 kepeng perporsi makanan.
Sistem Go Green juga diterapkan di Ubud Brayo, yaitu dengan tidak menggunakan plastik sebagai alat makan.
"Kami lebih ingin ramah lingkungan, jadi alat makan semua tidak menggunakan plastik, melainkan dengan daun atau alat makan dari kayu, harganya sendiri kami sudah ada kesepakatan semua jika tidak lebih dari 5 kepeng agat tetap terjangkau untuk masyarakat," imbuhnya.
Salah satu pengunjung dari Pati, Wiwik sengaja mampir untuk menikmati kulineran di Ubud Brayo.
"Makanannya macam-macam ya, dan khas Bali beberapa saya belum pernah coba baru kali ini dan rasanya enak," ujarnya.