Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI Hamidulloh Ibda : Urgensi Kurikulum Tani Perguruan Tinggi

SAAT kecil, kita pasti ingat ketika orang tua dan guru-guru mengajak bermimpi lewat pertanyaan “apa cita-cita kalian?”

Tribun Jateng
Hamidulloh Ibda 

Kurikulum pertanian dapat didesain dengan beberapa formula. Pertama, menjadikan pertanian, tani, teknologi industri pertanian, teknik pertanian, agrobisnis, agroindustri, agronomi pertanian sebagai mata kuliah wajib nasional. Selain mata kuliah Pancasila, Kewarganeraan, Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Agama, mata kuliah itu jelas memiliki capaian pembelajaran menanamkan cinta, kompetensi dan skills terapan dalam pertanian.

Kedua, kebebasan mahasiswa memilih mata kuliah di luar jurusan yang diarahkan kepada pertanian. Hal ini penting karena desain MBKM jelas mendukung kemerdekaan mahasiswa menentukan porsi kuliah 3 semester di jurusan lain.

Mengolah Sawah

Ketiga, magang industri harus diarahkan di sawah, ladang, dan kebun. Mahasiswa bisa bercocok tanam, memupuk dan praktik mengolah sawah tanpa bertele-tele mendiskusikan cangkul tapi tak pernah mencangkul. Magang industri tujuannya agar kampus memiliki link and math dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) harus diarahkan dengan gerakan “kembali ke sawah”. Pemahaman industri tak sekadar pabrik dan kantor, namun sawah adalah industri agraris yang riil dimiliki Indonesia.

Keempat, memperbanyak penelitian dan pengabdian kepada masyarakat pada kegiatan riset tani, tanaman, hama, pupuk dan sejenisnya. Hal ini tentu dibutuhkan petani karena jelas pupuk organik, kompos, kotoran ternak lebih murah, aman dari zat kimia. Harusnya potensi ini dilirik dan dikembangkan perguruan tinggi.

Kelima, memaksimalkan agropreneurship (kewirausahaan pertanian). Era revolusi industri 4.0 harus melahirkan inovasi di dunia pertanian yang harusnya hadir dari mahasiswa. Meski petani sudah memiliki “pendidikan pertanian” secara empiris, namun inovasi abad 21 sangat dibutuhkan.

Dengan demikian, generasi muda kita tak takut lagi jika turun ke sawah. Mereka bangga menjadi petani, pandai mencangkul, memproduksi pupuk secara mandiri, dan akhirnya menjadi pengekspor beras. Puncaknya adalah kedaulatan pangan, merdeka dari impor dan penjajahan ekonomi. Lalu, kapan mahasiswa berani mencangkul sawah? (*)

Baca juga: Perahu Nelayan Ditabrak Kapal Kargo, 2 Orang Dinyatakan Hilang

Baca juga: Hotline Semarang : Pedagang Dilarang Tambah Bangunan dan Memaku di Bangunan Pasar Johar Cagar Budaya

Baca juga: Pengamat: Saya Kira Puan Maharani Lah Capres dari PDIP, Bukan Ganjar

Baca juga: Hendak Selfie, Seorang PNS Tercebur Ke Laut Hilang 2 Hari Kemudian Ditemukan Tewas

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved