Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI Nanang Qosim : Membaca Esensi Agama Lewat Kisah Nabi

PERINGATAN maulid Nabi Muhammad SAW mempunyai arti penting bagi kita semua. Bulan yang mafhum dengan sebutan Rabi‘ul Awwal itu menjadi fragmen waktu

Tribun Jateng
Nanang Qosim 

Agama sebagai tindakan

Pesan moral maulid nabi patut dilirik dan dipetik. Qasidah Burdah karya Imam al-Bushiry, memodelkan karakter nabi sebagai manusia ideal yang mengutamakan kebijaksanaan akal-budi. Sebab itulah sanjungan begitu kuyup mengguyur Nabi, sebagaimana dilukiskan dalam salah satu bait Qasidah Burdah: "Maka sepanjang harapan para penyanjung Nabi SAW semata tertuju kepada apa yang ada pada dirinya dari akhlak dan tabiatnya". Sementara kini kehidupan dibayangi pelbagai anomali dan anomie. Kondisi ini mendesak umat untuk menemukan satu panduan sikap-laku guna mewujudkan masyarakat beradab (civilized society).

Gurita masalah yang seolah tidak lepas dari perkelindanan kebangsaan dewasa ini merupakan efek kemerosotan moralitas atau sikap-sikap keutamaan manusia. Banyak perilaku buruk menjelma "hantu cantik nan sexy", karena selain menakutkan tetapi juga menggiurkan, sebagaimana ditampilkan film-film Indonesia mutakhir.

Tamsil bagi "hantu cantik nan sexy" yang paling gamblang dan merisaukan hari ini adalah perilaku korupsi yang dibenci tetapi sekaligus diminati. Anomali sedemikian mengisyaratkan surutnya nilai-nilai kebajikan suatu masyarakat, sekaligus menunjukkan longsornya kebermaknaan manusia itu sendiri.

Ragam retorika moral yang berulang kali beredar belum mampu menggugah keinsafan kolektif. Kisah Nabi yang setiap bulan Maulud didaras umat Muslim sedianya bisa dipetik suatu pelajaran moral yang berharga. Pembacaan kisah Nabi adalah sekaligus ikhtiar mencari landasan etika praktis, bukan sekadar kerangka konsepsional yang mengawang-awang di kepala bahkan mengangkasa di langit.

Sebagaimana sunnah yang hingga hari ini absah dirujuk sebagai referensi biografi Nabi Muhammad yang terkategorikan atas hadits qauly (perkataan), fi’ly (perbuatan) dan taqriry (ketetapan) membuktikan kemanunggalan akal pikir (pengetahuan) dan laku Nabi. Maulid Nabi yang melimpahi kita kisah-kisah Muhammad sejatinya memesankan satu makna fundamental: kebermaknaan agama terletak pada tindakan dan laku. (*)

Baca juga: Peringatan Dini BMKG, Waspada Siklon Tropis La Nina di Jawa & Bali

Baca juga: Polisi yang Banting Mahasiswa Pendemo di Tangerang Jalani Sidang Disiplin

Baca juga: Legenda Chelsea Bicara Konspirasi Jika Messi Menangi Ballon dOr Musim Ini, Bandingkan dengan Zidane

Baca juga: PWNU Lampung Nyatakan Dukungan, Gus Yahya: Saya Hanya Ingin Besarkan NU

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved