Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI Edy Supratno : Peperangan Muria yang Terlupakan

Patung setengah badan Mayor Koesmanto yang ada di halaman kantor LVRI Kudus menjadi satu-satunya patung di kompleks perkantoran Mejobo, Kudus.

Diambil dari Soebijono dkk, Sejarah TNI Divisi V Ronggolawe, Jakarta: Cerdas, 1999, hlm. 256
Foto diambil di Gunung Muria pada tahun 1949, Mayor Kusmanto dengan istri, Komandan Sub Wherkreisse Muria-Komplex, beserta Mayor Munadi, Komandan Sub Territorium Pati di daerah Muria. (Diambil dari Soebijono dkk, Sejarah TNI Divisi V Ronggolawe, Jakarta: Cerdas, 1999, hlm. 256) 

Oleh Edy Supratno

Dosen sejarah STAI Syekh Jangkung Pati dan Ketua TACB Kabupaten Kudus

Patung setengah badan Mayor Koesmanto yang ada di halaman kantor LVRI Kudus menjadi satu-satunya patung di kompleks perkantoran Mejobo, Kudus.

Sosoknya dikenang dalam bentukkarya seni tiga dimensiuntuk menghormatijasanya dalam masa peperangan di wilayah Muria yang meliputi Kabupaten Jepara, Pati, dan Kudus.

Namanya muncul di koran berbahasa Belanda ketika Kepala Staf TNI Keresidenan Jepara-Rembang Mayor Munadi mengumumkan bahwaselain Belanda, TNI juga berkewajiban menjaga ketertiban dan keamanan.

Masyarakat diminta untuk melapor jika ada keributan atau kekacauan. Untuk wilayah Kudus dan Jepara wewenangnya dipegang oleh Mayor Koesmanto (De Locomotief: 17 November 1949).

Nama Koesmanto cukup populer di wilayah Muria pada zaman itu. Prajurit asal Surakarta ini dipercaya sebagai Komandan Komando Daerah Muria menggantikan Kapten Ali Machmudi yang gugur dalam satu kontak senjata melawan tentara Belanda di Brekad, Pati.

Sebelum itu Mayor Koesmanto menjabat komandan Batalyon Be VI Divisi II setelah Batalyon 15 Be I Divisi I ditarik ke Cepu. Sejak Agresi Militer, keberadaan Batalyon dipandang tidak lagi efektif. Hal ini kemudian menuntut TNI melakukan perubahan strategi perang, di antaranya dengan membentuk Komando Daerah Muria.

Komando Daerah Muria adalah satu implementasi dari strategi wehrkreise. Secara bahasa istilah yang berasal dari bahasa Jerman ini artinya lingkaran atau daerah pertahanan. Ini adalahsistempertahanan baru TNI yang meniru dari carapasukan Jerman dalam Perang Dunia II.

Dalam sistem ini seorang komandan di wilayahnya diberi wewenang secara luas untuk melakukan pertahanan dan perlawanan. Sebagai komandan, Koesmanto dibantu oleh Letnan Satu R. Soetikno sebagai kepala staf, Letnan Satu Sumarso sebagai kepala seksi I; Letnan Satu A. Yunus sebagai kepala operasi; pembantu Letnan M. Sjarif sebagai sekretaris; dan Letnan Dua Maslam sebagai bagian supply (Lisiyas, dkk.:2009,13).

Dalam implementasi wehrkreise, Markas Besar Komando Djawa yang berkedudukan di Prambanan juga membentuk sistem pemerintahan militer untuk menjalankan pemerintahan sipil. Di wilayah Komando Daerah Muria, Bupati Militer Kudus dijabat oleh Kapten Kahartan yang dilengkapi dengan beberapa asisten wedana militer. Untuk wilayah Pati bupati militernya dijabat oleh Kapten Soewardjo Nitiprawiro, sedangkan wilayah Jepara bupati militernya dijabat oleh Kapten Soedjarwo(Lisiyas, dkk.:2009,13-14).

Mayor Koesmanto, yang patungnya sering kesepian, semasa hidupnya membentuk satu pasukan elite yang dinamai Macan Putih. Nama Macan Putih itu sendiri tidak lepas dari cerita mitologi masyarakat daerah pegunungan Muria, khususnya wilayah Cranggang.

Pasukannya berjumlah 40 orang yang seakan-akan mengingatkan tentang kisah Joko Tingkir di Bengawan Solo saat mencari ayahnya, Kebo Kenanga pada abad ke-16.Di buku Lisiyas disebutkan 40 orang prajurit Macan Putih itu dibagi empat regu yang masing-masing dipimpin oleh Sunaryo (Regu I), Sutoyo (Regu II), Tona’im (Regu III), dan Wasimin (Regu IV).

Mereka gencar melakukan serangan ke pos polisi perkebunanonderneming wacht(OW), pencegatan kendaraan bermuatan logistikmilik Belanda, serta aksi heroik lainnya. Sasaran kepada OW ini menunjukkan jika pasukan Macan Putih paham mengapa Belanda menguasai pabrik gula.

Perjuangan Tanpa Senjata Modirono Sarbu

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved