Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Hari Pahlawan

Hikmah Hari Pahlawan : Kisah Sosok Pejuang Anak Buah Mayor HM Basuno

Memperingati Hari Pahlawan 10 November, ternyata masih banyak para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang masih hidup.

TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV
Djumani (95), seorang pejuang kemerdekaan yang turut berperang melawan penjajah di Jawa Tengah, kini tinggal di Kabupaten Demak. 

TRIBUNJATENG.COM -- Memperingati Hari Pahlawan 10 November, ternyata masih banyak para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang masih hidup.

Satu di antaranya yakni Djumani yang kini telah berusia 95 tahun. Dia mengaku anak buah dari Mayor HM Basuno.

Ia turut berperang melawan penjajah sebagai Laskar Hisbullah, yaitu laskar rakyat pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Medan perang yang dihadapinya pun tak hanya satu, kala itu ia berjuang di Surakarta, Semarang dan daerah lain.

Ia juga pernah mempertahankan kemerdekaan di kala serangkaian pertempuran melawan tentara Jepang dalam Pertempuran Lima Hari pada 15-19 Oktober 1945.

Masa-masa perjuangan tersebut Djumani rasakan sendiri hingga akhirnya ia kini menetap di Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.

Ia menempati rumah yang tanahnya sudah beberapa kali ditinggikan akibat abrasi dan rob, sehingga orang dewasa jika masuk ke rumahnya harus merunduk.

Saat ditemui Tribun Jateng, Djumani saat itu tengah merebahkan diri di kursi ruang tamu. Kepada Tribun Jateng, ia mengaku tak banyak mengingat peristiwa yang dialami semasa perjuangannya dulu. Bicaranya pun sudah tak selancar dan setegas dahulu, terkadang terbata-bata.

Sekelumit memori yang bisa ia ingat yakni ia berjuang menggunakan senapan dan berperang bersama regunya. Soal kepastian peristiwa dan musuh yang ia lawan juga tak bisa teringat olehnya.

“Wes lali kok, wong wes suwe (Sudah lupa, karena sudah lama sekali),” ujarnya ketika ditanyai sejumlah peristiwa perang yang ia alami, beberapa hari lalu.

“Aku ki wes buyut (saya ini sudah kakek, sudah punya buyut),” imbuhnya.

Ia hanya mengingat bahwa salah satu komandan yang memimpin regunya kala itu yakni Mayor HM Basuno

Mayor HM Basuno adalah warga Semarang yang bertugas di Batalyon 426 Kudus.

Menurutnya tidak ada tempat bagi seorang pengkhianat bangsa. “Pokok’e yen ono pengkhianat yo ditembak (intinya jika terdapat seorang pengkhianat di negeri ini ditembak),” ujarnya, berusaha bercerita.

Ia juga lupa dengan pangkatnya sendiri. Kehidupannya ia lalui bersama istri di rumahnya. Ia dirawat oleh anak dan cucunya yang berada di sebelah rumahnya.

Ia bersyukur bahwa Indonesia, khususnya Pulau Jawa, tempat yang ia perjuangkan dan tinggali kini, bisa aman dan tenteram.

Dari data Kantor Kaminvetcad IV-22 Kabupaten Demak, di Desa Sriwulan sendiri terdapat satu lagi pejuang kemerdekaan selain Djumani, bernama Sugiarto, yang sudah meninggal.

Di Desa Sriwulan juga terdapat patung simbol seorang pejuang yang membawa senjata melawan penjajah.
Kepala Desa Sriwulan, Zamroni, mengatakan bahwa di daerah Sriwulan pernah terjadi peperangan dan pertumpahan darah.

Rakyat kala itu menghadang tentara Belanda dari Semarang yang masuk ke wilayah Demak. Maka dari itu, dibuatlah simbol patung pejuang yang menghalau para penjajah. (rez)

Baca juga: Setelah Jual Pique, Busquets, dan Alba, Ini Pemain La Masia yang Akan Diorbitkan Xavi di Barcelona

Baca juga: 13 Unit Rumah Warga di Kabupaten Semarang Rusak Akibat Angin Kencang

Baca juga: Prediksi IHSG Kamis (11/11) Ini Masih Naik dan Ini Kata Pengamat Perkembangannya hingga Akhir Tahun

Baca juga: Indonesia Butuh 59 Juta Dosis Vaksin Covid-19 untuk Anak 6-11 Tahun

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved