Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Opini

OPINI Panggih Priyo Subagyo: Benang Kusut Bisnis Haram di Dalam Penjara

“Mereka para pedagang sabu keliling juga ngumpet-ngumpet jualannya. Itu bisa lancar karena ada peran bos-bos narkotika di dalam lapas

GOOGLE
Ilustrasi 

Miniatur Kehidupan

Bagi saya kehidupan di dalam penjara adalah miniatur kehidupan di dunia. Apa yang ada di luar juga pasti ada di dalam. Di luar ada hal-hal baik dan hal-hal buruk, di dalam lapas/rutan juga ada. Di luar ada penyalahgunaan narkotika, prostitusi, judi maka di dalam penjara juga ada.

Jika orang mengira bahwa di dalam penjara hanya berisi orang-orang jahat, itu salah besar. Banyak orang-orang baik yang tanpa sengaja melanggar hukum kemudian harus rela dipenjara. Lalu apakah orang yang tidak dipenjara semuanya orang baik? Tentu tidak. Memang tidak bisa dipandang secara hitam putih. Itulah mengapa lapas/rutan adalah miniatur kehidupan.

Manusia bukanlah benda mati yang bisa diatur seenaknya saja. Terlebih mereka adalah narapidana yang notabene mengalami disintegrasi dengan masyarakat. Sebaik apapun peraturan dibuat dan diberlakukan pasti ada celahnya juga.

Celah tersebut dimanfaatkan oleh mereka yang ingin mengeruk keuntungan. Oknum petugas yang butuh uang bertemu dengan napi berduit yang ingin membeli kebebasan. Maka terjadilah simbiosis mutualisme di antara keduanya. Petugas yang seharusnya menegakkan aturan malah berperilaku sebaliknya. Hal tersebut kemudian terjadi secara berulang-ulang sampai dianggap sebagai kebiasaan wajar yang dapat dimaklumi.

Itulah mengapa membasmi bisnis haram di dalam penjara bak mengurai benang kusut. Penyakit masyarakat seperti judi, prostitusi, minum minuman keras, narkotika akan sangat sulit dihilangkan. Peraturannya sudah jelas namun tetap saja tumbuh subur . Maka hal yang paling masuk akal adalah mengendalikannya.

Begitu juga dengan bisnis haram yang ada di dalam lapas/rutan. Sudah bukan saatnya untuk terus mengelak. Namun perlu dilakukan langkah-langkah konkrit yang langsung menyelesaikan akar permasalahan. Akar masalah yang pertama harus ditangani adalah oknum petugas.

Oknum petugas yang bermain ini seperti fenemone gunung es. Terlihat hanya sedikit yang terlibat, namun nyatanya banyak dan tersistematis. Biasanya ketika ada hukuman yang menerima hanya kroco-kroconya. Sedangkan pimpinan di atas yang juga terlibat tidak pernah tersentuh.

Sebenarnya solusinya sederhana tapi tidak pelaksanaanya, yaitu menegakan aturan. Aturan jelas sudah ada tinggal bagaimana eksekusinya. Sistem pengawasan internal harus benar-benar berfungsi dengan baik. Sistem dapat berjalan baik ketika orang-orang di dalamnya mempunyai integritas.

Integritas saat ini menjadi barang mewah, sulit ditemukan. Tentu itegritas pada seseorang tidak datang begitu saja. Diperlukan budaya kerja yang mendukung agar terjadi proses pembiasaan. Untuk membentuk orang-orang berintegritas dalam suatu organisasi harus dilakukan secara bersama-sama. Apabila dalam organisasi hanya satu dua yang memiliki integritas maka belum bisa menjawab permasalahan yang ada. Integritas harus dilakukan secara bersama-sama. (*)

Baca juga: ‎Kanwil Bea Cukai Jateng Pastikan Persaingan Perusahaan Rokok Berjalan Adil

Baca juga: Pembunuhan Sadis Guru SMK di Aceh Terungkap, Pelakunya Kepala Dusun yang Sakit Hati Disebut PKI

Baca juga: CEO AS Roma Ungkap Alasannya Masih Percaya dengan Jose Mourinho Meski Timnya Tampil Buruk

Baca juga: Hotline Semarang : Masih Banyak Masyarakat Parkir Sembarangan

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved