Berita Semarang
Cerita Galih Suci, Guru SD Inspiratif Nasional dari Semarang: Hadirkan ELSA ke Ruang Kelas
Peringatan Hari Guru Nasional yang sekaligus HUT PGRI jadi hari spesial untuk Galih.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: sujarwo
Dia tidak mengambil keuntungan yang dihasilkan dari monetisasi konten di Youtube tersebut. Penghasilan dari kanal pembelajaran tersebut digunakan untuk beasiswa anak yang membutuhkan.
"Hasilnya kita buat menjadi beasiswa PKY atau Pembelajaran Konten Youtube. Endingnya gerakan sosial berbasis Youtube yang membantu beasiswa. Saat ini ada puluhan siswa yang dibantu lewat beasiswa tersebut. Kami mengambil anak yang merupakan korban kebakaran, bencana tanah bergerak, yang orangtuanya meninggal karena covid, yang ibu bapaknya bercerai," jelasnya.
Galih menuturkan konten di kanalnya tersebut dinantikan di berbagai daerah. Bahkan ada rekan guru di sekolah Indonesia di Kinabalu Malaysia dan Davao Filipina pun mengabarkan bahwa terkadang menggunakan referensi video pembelajaran tersebut.
Tidak cukup sampai di situ, evaluasi dilakukan. Pembelajaran hanya menggunakan audio visual tidak lah cukup.
Ia menyadari para guru memerlukan aplikasi yang terintegrasi dengan seluruh kebutuhan siswa dari soal, materi, video, kuis, lagu dan lainnya.
Tercetuslah ELSA (E-Learning SDN Sekaran 02). Sekolah tempatnya mengajar sebagai uji coba ELSA. ELSA ini sebagai embrio dalam pengembangan aplikasi kependidikan yang terintegrasi seluruh kebutuhan siswa.
"Di sisi lain, siswa pun perlu ditanamkan sedini mungkin untuk mengembangkan jiwa enterprenurnya. Jiwa entrepreneur tersebut akan menjadi pendukung dalam mencapai keterampilan. Oleh sebab itu, ELSA kami kembangkan berorientasi pada Produk Based Learning dan Jiwa Enterpreneur (ProdukPreneur)," katanya.
Aplikasi berbasis web ini dikembangkan dengan dikaitkan augmented reality, komik, lalu materi wawasan nusantara dan produk pendidikan yang dianggap penting. \
Kemudian terintegrasi juga dengan produk pendidikan lain, semisal Jateng Pintar milik Provinsi Jateng, Rumah Belajar milik Pusdatin, dan produk Dinas Arsip dan Perpustakaan.
Adanya ELSA, kata dia, bisa membantu digunakan untuk pembelajaran tatap muka terbatas.
Untuk siswa yang mengikuti luring atau di dalam kelas ELSA digunakan melalui proyektor, sedangkan untuk siswa yang daring bisa melihatnya melalui layar laptop dan sebagainya.
"Karena ELSA ini, saya sampai final guru inspiratif untuk kategori guru SD. Finalis 20 besar dan akhirnya terpilih lima guru inspiratif. Sebelum pengumuman, kami melakukan karantina selama tiga hari dan mempresentasikan pencapaian kami," terangnya.
Ia menambahkan, untuk menghadirkan pembelajaran yang sempurna ketika PTM terbatas karena pandemi, memang sulit.
Setidaknya, dengan upaya yang dilakukannya bersama rekan guru, pihaknya berupaya untuk adaptif merespon apa yang terjadi.
Berusaha semaksimal mungkin melayani setiap kebutuhan siswa untuk belajar. (*)