Aplikasi Indonesia
Muncul Aplikasi Pendeteksi Stres dari Suara Buatan Mahasiswa Undip Semarang, Sudah Diminati Halodoc
Mahasiswa Undip Semarang membuat aplikasi pendeteksi stres yang sudah diminati Halodoc.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Daniel Ari Purnomo
Satu tahun ini, menyiapkan anggaran Rp250 miliar yang habis hanya tiga bulan.
Industri sangat tertarik dengan program tersebut, terbukti proposal yang masuk sebanyak 1.200 proposal senilai lebih dari Rp1 triliun.
Namun hanya 400 proposal yang disetujui.
"Kita paroan dengan industri untuk riset pengembangan di kampus. Semua itu demi kemajuan industri, ekonomi sosial dan budaya," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia mengajak semua pihak untuk bangga terhadap karya anak bangsa karena mulai dari itulah awal dari membangun kedaulatan ekonomi, teknologi dan inovasi.
Baginya Inovasi adalah elemen penting agar bangsa Indonesia bisa berdaulat di negeri sendiri.
Hal ini selaras dengan program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Menurut Nizam, Kampus Merdeka digagas untuk menjawab tantangan industri revolusi industri 4.0 yang lebih kompleks.
Perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang kreatif, inovatif dan adaptif.
"Jangan sampai ada rantai terputus antara yang dilakukan perguruan tinggi dengan dunia industri yang saat ini. sedang berubah dengan pesat sekali," ungkapnya.
Sementara itu, Psikolog Semarang Probowatie Tjondronegoro mengaku, menyambut baik karya mahasiswa Undip dalam menciptakan aplikasi pendeteksi stres via suara.
Sebab, mahasiswa mampu peka terhadap situasi lalu diaplikasikan melalui karya sesuai bidang yang diminatinya.
"Saya salut para mahasiswa lintas disiplin ilmu mampu kerja bareng,inovasi bareng dengan menciptakan alat inovasi berupa pendeteksi stres via suara," katanya kepada Tribunjateng.com, Kamis (2/12/2021).
Meksi demikian, ia memberi masukan agar validasi alat terus ditingkatkan melebihi angka validasi sekarang yang masih di angka 77 persen.
Alat tersebut diharapkan bukan hanya sekedar pendeteksi stres saja tapi harus mengupayakan tingkat stres pengguna dapat hilang.
"Psikologi Undip atau ahli lain harus ikut terjun bareng-bareng ikut menggali alat ini agar berguna di masyarakat," tandasnya.

(Iwn)