Aplikasi Indonesia
Muncul Aplikasi Pendeteksi Stres dari Suara Buatan Mahasiswa Undip Semarang, Sudah Diminati Halodoc
Mahasiswa Undip Semarang membuat aplikasi pendeteksi stres yang sudah diminati Halodoc.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kondisi kesehatan mental saat pandemi Covid-19 memantik kreativitas sekelompok mahasiswa Undip Semarang.
Kelompok mahasiswa Undip Semarang tersebut terdiri dari Sukma Darmawan (Ketua tim, jurusan Informatika),Zulfida Rahma Cahyani (Keperawatan), Aji Darmawan (Ilmu Ekonomi),Nur Suci Nilamsari (Keperawatan) dan Albi Boykhair (Ilmu Ekonomi).
Mereka berkolaborasi lintas jurusan untuk membuat aplikasi pendeteksi stres via suara.
Alat itu diciptakan berangkat dari keresahan mereka melihat teman-teman sesama mahasiswa tertekan mentalnya selama pandemi.
Hal itu akibat perubahan sosial yang terjadi mulai dari sistem pembelajaran dari tatap muka ke online sampai pembatasan interaksi sosial.
Perwakilan kelompok Zulfida Rahma Cahyani mengatakan, ide awal membuat aplikasi ini dari kesadaran bahwa kondisi mahasiswa yang tak baik-baik saja selama pandemi Covid -19.
Mereka harus mengikuti banyak kuliah online, sekaligus banyak penyesuaian diri sehingga mengakibatkan kesehatan jiwa kurang baik.
"Kami berkolaborasi lintas jurusan untuk mengulik lagi kesehatan jiwa apa yang menganggu mahasiswa ternyata bisa juga terkait tingkat stres kondisional yang bisa terjadi saat pandemi seperti sekarang ini," paparnya.
Dari kesadaran itu, ia dan beberapa kawannya mencoba mencari solusi alat pendeteksi stres tersebut.
Lantaran bidang studi yang diambilnya adalah keperawatan, awalnya hanya ingin mendeteksi tingkat stres mahasiswa hanya lewat kuisioner berbasis aplikasi.
Namun selepas berdiskusi dengan mahasiswa Teknik Informatika ternyata alat deteksi stres via suara dapat dikembangkan.
"Kami juga berdiskusi dengan dosen lalu bersama-sama mengembangkan aplikasi ini," ucapnya.
Ia mengatakan, alat pendeteksi stres via suara penting diperkenalkan ke masyarakat luas lantaran kesehatan mental masih dianggap tabu di Indonesia sehingga hadirnya alat ini diharapkan mampu dapat digunakan di tengah masyarakat.
Mereka juga dapat lebih memperhatikan kesehatan mentalnya secara mandiri untuk mengetahui kesehatan mental sekaligus dapat melakukan penanganan lebih dini.