Berita Semarang
Angkat Story Telling Lewat Boneka Tali, Media Belajar Pembentuk Lifeskill Bagi Anak-Anak
Boneka tali, lewat sebuah pertunjukan dirasa paling tepat dalam upaya meningkatkan Kecakapan Hidup (Lifeskill) bagi para anak.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Boneka tali ternyata mampu meningkatkan Kecakapan Hidup (Lifeskill) bagi para anak.
Lifeskill perlu dikenalkan kepada anak sejak dini lantaran mampu membentuk kecakapan personal, rasional, dan sosial.
"Iya kami memilih lifeskill sebagai tema utama cerita-cerita kami dengan beragam pertimbangan," terang Education Enthusiast dan Trainer, Aris Ananda dalam acara diskusi bersama Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Rabu (8/12/2021).
Baca juga: KH Said Aqil Siradj Siap Maju Lagi dalam Bursa Ketum di Muktamar NU, Ada Maksud untuk Pilpres 2024?
Baca juga: Said Aqil Siradj Nyatakan Maju Lagi dalam Bursa Ketum PBNU, Klaim Didukung Kiai Sepuh dan 28 PWNU
Aris Ananda dan rekannya story teller, Ryan Shahrezade menyampaikan pentingnya edukasi boneka tali melalui kegiatan Edutainment dan story telling dalam Penyelenggaraan Pendidikan Dasar.
Mereka berupaya mengenalkan kecakapan hidup (Lifeskill) memang harus dikenalkan mulai dari sedini mungkin mulai dari anak-anak PAUD dan SD.
Aris mengatakan, awalnya ingin melalukan pertunjukan kepada para anak dengan pendekatan yang berbeda dengan yang lain.
Pada umumnya pengenalan karakter dilakukan melalui media animasi, namun media animasi tak dapat datang langsung ke sekolah-sekolah dan bertemu langsung dengan anak-anak.
"Saya lalu berpikir yang dapat berinteraksi langsung untuk pengenalan karakter ke anak adalah melalui media puppet show atau pertunjukan boneka," katanya.
Ia menyebut, pertunjukan boneka yang paling tepat adalah pertunjukan boneka tali.
Alasannya, boneka tali yang paling kaya gerakannya lantaran semua sendinya dapat digerakan.
Selain itu, kelebihan boneka tali bagi anak-anak, yaitu cara berpikir anak usia dini menganggap benda apapun sebagai benda hidup.
Boneka setidaknya mewakili model tiga dimensi yang bisa bergerak dan bicara sehingga mampu mentransfer pengetahuan sejumlah indera.
"Kalau hanya hand puppet kita semua tahu itu sudah sangat umum," jelasnya.
Ia mengaku, sempat merasa kesulitan mencari orang yang profesional di bidang boneka tali sebab di Indonesia orang yang profesional di bidang tersebut tak lebih dari lima orang.
Beruntung, ia berhasil menggandeng satu dari lima orang tersebut, yakni story teller boneka tali Ryan Shahrezade.
Selepas berhasil menggandeng Ryan Shahrezade, mereka sepakat melakukan show.
"Kami memiliki misi bercerita dengan penguatan lifeskill kepada para anak," ujarnya.
Mereka menghadirkan beberapa tokoh di pertunjukan boneka talinya meliputi Nano dan Nani, Amomo, Opah Kirmin, serta paman Bombon.
Contoh adegan kecakapan hidup di antaranya Nani sedang latihan menari tali selalu merasa ada yang salah dengan tariannya.
Baca juga: Video Evakuasi Mobil Rush Masuk Parit di Pekalongan Butuh Waktu Sejam
Baca juga: Hendi Dorong Gerakan Sosial Masyarakat, 5.000 Anak di Semarang Khitan Gratis
Paman Bonbon menyemangati bahwa Nani perlu menikmati tariannya tanpa harus mengkhawatirkan salah dan benar.
Akhirnya Nani dapat menari dengan perasaan senang
"Dari contoh adegan itu, kecakapan hidup personal, anak belajar untuk percaya diri terhadap potensi diri," ucapnya. (*)
Capt foto / Dok GWPP.
Education Enthusiast dan Trainer,Aris Ananda dan Storyteller, Ryan Shahrezade menyampaikan pentingnya edukasi boneka tali melalui kegiatan Edutainment dan story telling dalam penyelenggaraan pendidikan dasar melalui boneka tali, melalui zoom, Rabu (8/12/2021).