Berita Internasional
2 Tahun Tewasnya Jenderal Qasem Soleimani, Kematiannya Melemahkan Iran
Mayor Jenderal Qasem Soleimani tewas dalam serangan udara terencana oleh Amerika Serikat (AS). Serangan yang diperintahkan Presiden AS Donald Trump i
TRIBUNJATENG.COM, TEHERAN - Hari ini, Senin (3/1/2022), tepat dua tahun tewasnya Mayor Jenderal Qasem Soleimani yang merupakan salah satu komandan paling berpengalaman di Iran.
Mayor Jenderal Qasem Soleimani tewas dalam serangan udara terencana oleh Amerika Serikat (AS).
Serangan yang diperintahkan Presiden AS Donald Trump itu terjadi di dekat bandara internasional Baghdad pada Jumat (3/1/2020).

Semasa hidupnya, Qasem Soleimani memimpin pasukan elite Quds dari Garda Revolusi Iran, yang bertugas sebagai unit operasi luar negeri di negara Republik Islam tersebut.
Meski sosoknya sangat krusial, tetapi profil Qasem Soleimani tidak banyak diketahui orang sebelum tahun 2010-an.
"Soleimani adalah salah satu yang terkuat di Timur Tengah saat ini, dan tidak ada yang pernah mendengar tentang dia," kata seorang mantan perwira CIA di Irak, kepada majalah The New Yorker pada 2013.
Namun AS menganggapnya sebagai pembunuh kejam, dan pasukan yang dipimpinnya disebut teroris.
Dikutip dari CNN Pentagon mengatakan, Soleimani dan pasukannya bertanggung jawab atas tewasnya ratusan orang Amerika dan pasukan koalisi, serta melukai ribuan lainnya.
Baca juga: Kapal Induk AS Ditarik dari Timur Tengah Jelang Peringatan Setahun Tewasnya Jenderal Qasem Soleimani
Baca juga: Film Qasem Soleimani Akan Diproduksi, Simbol Sejarah dan Perjuangan di Timur Tengah
Baca juga: Peringatan Ayatollah Ali Khamenei: Iran Tak Akan Pernah Lupa AS Membunuh Qasem Soleimani
Baca juga: Jenderal Iran Ungkap Balas Dendam Paling Setimpal pada AS Atas Pembunuhan Qasem Soleimani
Profil Qasem Soleimani
Dilansir dari DW, Qasem Soleimani bergabung dengan Garda Revolusi pada 1979 ketika Ayatollah Ali Khamenei pulang ke Iran, dan memicu jatuhnya Syiah dalam peristiwa yang dikenal sebagai Revolusi Islam.
Ayah dua anak itu berhasil melewati perang brutal Iran vs Irak selama 1980-an dengan selamat, dan akhirnya diserahi jabatan untuk memegang kendali Pasukan Quds tahun 1990-an.
Namun pamornya tidak langsung meningkat. Dia baru dikenal luas sejak invasi yang dipimpin AS ke Irak pada 2003.
"Kalau kita kembali ke tahun-tahun sebelumnya, ada banyak laporan bahwa Soleimani bertanggung jawab menyerang tentara Amerika, saat tahun 2006 dan 2007," kata wartawan Irak Amir Musawy kepada DW.
Jenderal Qasem Soleimani juga turut berkontribusi pada taktik Hezbollah saat perang 2006 melawan Israel, dan mengamankan perjanjian gencatan senjata antara tentara Madhi dan militer Irak pada 2008.
Para petinggi "Negeri Paman Sam" menggambarkan Qasem Soleimani sebagai pemimpin penting dari ambisi Iran di wilayah tersebut.