Abdul Kholik Tawarkan Arah Baru Perekonomian Jateng Berbasis Kawasan
Abdul Kholik menuturkan, ada urgensi pendekatan baru dalam membangun Jateng, khususnya di sektor ekonomi.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: Daniel Ari Purnomo
"Selama ini Cilacap, sebagai daerah industri, menjadi growth pole di daerah selatan. Namun, tidak akan kuat jika harus 'menggendong' daerah lain di sekitarnya yang segitu banyak dengan angka kemiskinan masih tinggi, sehingga harus dibantu," ujarnya.
Growth point di Cilacap, kata dia, tidak sekuat Solo dan Pekalongan yang merupkan pusat industri tekstil batik. Growth point di daerah lain, misalnya Batang memiliki kawasan industri. Lalu, Tegal memiliki warung makan yang banyak tersebar di perkotaan, uang yang didapat biasanya dikirimkan ke rumah yang ada di Tegal.
Berly menutukan Jateng bagian selatan cocok dengan agropolitan sebagai growth pole. Pemetaan potensi kabupaten dan kota yang ada di Jateng selatan cocok dengan pertanian sekaligus pariwisata alam.
Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah, persentase penduduk miskin pada September 2021 sebesar 11, 25 persen atau sebanyak 3,93 juta jiwa. Angka ini turun 0,54 persen dibandingkan September 2020 yang sebesar 11,84 persen.
Masih data yang sama, tingkat kemiskinan (masih dua digit) terdapat di daerah Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen) yakni 14,6 persen pada 2021.
Kemudian disusul daerah di Bregasmalang (Brebes, Tegal, Slawi, Pemalang) yakni 14,1 persen. Lalu daerah Banglor (Rembang dan Blora) yakni 13,8 persen. Disusul daerah Purwomanggung (Purworejo, Wonosobo, Magelang, Kota Magelang, Temanggung) dengan tingkat kemiskinan 12,7 persen.
Sementara, untuk gini ratio Jateng pada September 2021 sebesar 0,368. Angka ini menurun 0,004 poin dibandingkan gini ratio Maret 2021 (0,372). Jika dibandingkan dengan September 2020 ada kenaikan 0,009 poin (0,359).(mam)