Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Palu

Warga Sebut Pria Asal Sragen Ini Lebih Hebat Dibanding Panji hingga Pakar Buaya Australia

Ingat buaya berkalung ban yang disingkat B3 yang legendaris? Tidak hanya penyanyang binatang lokal tapi hingga mancanegara berusaha melepas kalung ban

TRIBUNPALU.COM
Nama Mas Gili (34) warga asal Sragen (baju merah), Sulawesi Tengah, bergaung di sekitar lokasi penangkapan buaya berkalung ban. 

TRIBUNJATENG.COM -- Ingat buaya berkalung ban yang disingkat B3 yang legendaris? Tidak hanya penyanyang binatang lokal tapi hingga mancanegara berusaha melepas kalung ban sepeda motor tersebut.

Bukan pakar buaya Australia Matt Wright dan Christ Willson atau Panji Sang Petualant atau Foresst Galante serta Tim Discovery Channel. Mereka sempat mencoba menangkap buaya tersebut, tapi tidak berhasil.

Tapi warga Palu asal Sragen Jawa Tengah, Tili mengakhiri upaya penyelamatan buaya yang terjerat ban sepeda motor di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, berakhir sudah Senin (7/2/2022) pukul 18.30 WITA.

Selama tiga minggu, Hili melakukan pengamatan dan berusaha menangkap buaya itu dengan jerat dari peralatan sederhana seperti tali dan bambu, serta umpan berupa ayam hidup.

Pada Senin malam, buaya itu akhirnya berhasil ditangkap. Buaya ini memiliki panjang kurang lebih 6 meter dengan diameter badan kurang lebih 70 sentimeter.

Hili yang dibantu warga setempat kemudian mengevakuasinya ke tepian sungai. Ban motor yang menjerat leher buaya itu lalu dilepas dengan cara dipotong.

Kini, berakhir sudah kisah nestapa “buaya berkalung ban”. Buaya itu dilepaskan kembali ke Sungai Palu sebagai habitat alaminya dengan bantuan Petugas Pemadam Kebakaran Kota Palu.

Tili mengungkapkan sebelum berhasil menangkap Buaya Berkalung Ban, Ia terlebih dahulu menangkap anak dari B3 tersebut.

"Anaknya buaya ini saya tangkap disana (tengah sungai, red) pakai perahu rakitan saya, Sudah 4 hari saya tangkap anaknya buaya ini," ungkap Tili, Selasa (8/2/2022).

Pria asal Sragen ini menjelaskan, alasannya untuk melepaskan ban dari leher buaya disebabkan tidak tega melihat binatang terikat-ikat.

"Saya memang tidak suka ada binatang terikat-ikat saya tidak suka dari dulu, biar ular saya kase lepas," tuturnya.

"ini kemauannya saya sendiri, karena saya merasa kasihan dan saya mau buktikan bisa menyelamatkan buaya ini," tambah Hili.

Pria berusia 35 tahun itu pun mengatakan, buaya berkalung ban ini dianggap seperti temannya.

"ini buaya saya anggap seperti teman," tandasnya.

Diketahui, buaya berkalung ban tersebut viral di media sosial sekitar tahun 2016. Sejumlah pemerhati reptil dan ahli satwa asal luar negeri datang ke Kota Palu untuk melakukan evakuasi namun gagal.

Berbagai upaya dilakukan oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulawesi Tengah bersama para pemerhati satwa dan lingkungan, baik dari dalam maupun luar negeri.

Tili dikenal sebagai sosok penyayang satwa.

"Kalau hasil wawancara staf saya tadi ternyata memang dia suka menolong satwa liar," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng Haruna kepada detikcom, Senin (7/2/2022).

Hili dikenal tak hanya sebagai penyayang satwa tertentu, tapi juga penyayang segala satwa liar, termasuk buaya.

"Bukan cuma (suka menolong) buaya, tetapi juga ular apa semua," kata Haruna.

Sejumlah pawang buaya terkenal, termasuk pawang buaya asal Australia Matt Wright pernah mencoba menangkap untuk melepaskan ban di kalung buaya itu namun tak berhasil.

Atas keberhasilannya warga sekitar pun menyebut Tili lebih hebat daripada Panji Petualang atau pakar buaya luar negeri karena berhasil melepas ban yang melilit buaya itu.

Seperti diketahui, Panji sempat mencoba menangkap buaya tersebut, tapi tidak berhasil. Tak hanya Panji tapi juga Forrest Galante asal Amerika Serikat.

Lalu dua pakar pemerhati buaya dari Australia, Matt Wright dan Christ Willson, hingga terakhir Foresst Galante dan Tim Discovery Channel.

Namun, tak ada satu pun yang mampu menangkap buaya tersebut. 

Tili menceritakan, sudah tiga pekan dia mencoba menangkap buaya itu. Setiap sore, dia memasang umpan yang terikat tali ke sungai sekitar.

Ujung tali lainnya diikat pada batang kayu besar yang ada di sekitar sungai untuk memudahkannya menarik buaya saat umpan itu berhasil dimakan.

"Kadang umpannya merpati, kadang ayam," kata Hili, sambil memegang ban yang dilepas dari buaya, Senin. Senin petang, Hili kembali memasang umpannya dan berhasil menangkap buaya itu.

Dia tak sendiri, warga setempat yang menonton aksi Tili turut membantu.

"Saya memang mau menangkapnya karena kasihan. Buaya itu terlilit ban selama bertahun-tahun," ucap Tili.

Saat buaya berhasil ditarik ke darat, Hili dengan sigap mengikat buaya itu.

Pakar Buaya Australia

Sebelumnya Matthew Nicholas Wright, pencinta buaya asal Australia, mengumpulkan dana untuk proses evakuasi buaya yang terlilit ban bekas sepeda motor di Palu, Sulawesi Tengah.

Hal itu terlihat dari postingannya di salah satu situs crowdfunding Gofundme. Dalam donasi yang diunggah pada 14 Februari 2020, Matt Wright menyebutkan dana itu diperuntukkan untuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah, dalam membantu tim konservasi yang kekurangan sumber daya.

''Teman-teman, BKSDA Sulteng telah meminta bantuan kami untuk mengumpulkan dana yang sangat dibutuhkan untuk membantu tim konservasi yang kekurangan sumber daya mereka,'' tulis Matthew dalam unggahannya.

Terlihat dari situs donasi tersebut, saat ini dana yang telah dikumpulkan untuk menyelamatkan buaya berkalung ban ini telah mencapai 1.910 dollar AS

Dia juga menjelaskan, tengah bekerja sama dengan BKSDA untuk menyelamatkan buaya yang lehernya terperangkap ban di Sungai Palu, Sulawesi Tengah.

Tidak hanya itu, dia juga mendidik tim BKSDA setempat, teknik penangkapan dan penanganan buaya yang aman.

''Pada saat yang sama kami membantu mendidik tim BKSDA setempat dalam teknik penangkapan dan penanganan yang aman," tulisnya.

BKSDA Sulawesi Tengah menyatakan donasi itu inisiatif Matt Wright.

''Kami tidak pernah membicarakan mengenai donasi itu (crowfunding). Kalau Matt melakukan donasi terbuka itu, adalah keinginan dan tanggungjawabnya,'' kata Kepala Satgas Penyelamatan Buaya Berkalung Ban Palu, Haruna di Palu, Kamis (23/2/2020) lalu.

Kala itu Satuan Tugas Penyelamatan Satwa Liar Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah (Sulteng) menghentikan upaya untuk menangkap buaya berkalung ban di Sungai Palu.

Meski belum menyebut secara pasti pencarian hewan itu kembali dimulai, BKSDA Sulteng memastikan tetap berupaya menangkapnya.

"Dan jika kalung ban tidak dilepaskan, bisa-bisa buaya itu mati," kata dia.

Haruna menyatakan, upaya menangkap hewan melata itu akan kembali berlangsung setelah dua pencinta buaya asal Australia, Matt Wright dan Chris Wilson, kembali.

Wright dan Wilson, disebut Haruna, sudah berjanji tetap membantu penangkapan hewan malang itu.

"Dua ahli buaya dari Australia sudah kembali ke negaranya dan berjanji akan datang lagi untuk membantu satgas menangkap buaya di Sungai Palu," kata Haruna. (kompas.com/tribunpalu/berbagaisumber)

Baca juga: Warga Miris Area Persawahannya Dipakai untuk Mesum Pasangan Homo

Baca juga: OPINI Udi Utomo : Tengkes dan Pangan Lokal

Baca juga: Februari Diprediksi Jadi Puncak Musim Penghujan, Waspadai Bencana Alam 

Baca juga: Lewat Pelatihan DEA, Wabup Harap UMKM Blora Cakap Digital

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved