Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI Aldi Aditya : Parade dan Hari Jadi Banyumas

KABUPATEN Banyumas memperingati hari jadi setiap tanggal 22 Februari. Sebagai bagian dari perayaan hari jadi tersebut, digelar prosesi Kirab Pusaka di

TRIBUN JATENG/PERMATA PUTRA SEJATI
Pusaka Banyumas berupa tombak Kiai Genjring, keris Kiai Gajah Endro, Keris Kiai Nalapraja, dan Kitab Stambul di kirab dalam rangka Hari Jadi ke-449 Banyumas, Minggu (16/2/2020). 

Dengan menonton pameran tubuh tersebut, warga (orang kulit putih) bisa menyatakan bahwa “saya berbeda dengan mereka—Mereka adalah orang liar (savages), sementara saya beradab (civilized)”.

Di Indonesia sendiri, parade juga lazim dilakukan, baik secara sporadis (rute, pakaian, unsur-unsurnya ditentukan manasuka) atau terstruktur (terencana secara mendetail).

Setiap bulan Ramadan, hampir selalu ada parade spontan, pawai atau arak-arakan pada malam takbiran.

Ada juga parade yang dilakukan dengan sistematis seperti Gotong Toa Pe Kong di Slawi atau pawai ogoh-ogoh di Bali. Pawai seperti itu menyediakan ruang berkumpul bagi warga untuk merangkai kebersamaan.

Rute kirab

Bagaimana dengan parade atau kirab pusaka di Banyumas? Parade merupakan sarana untuk mengonstruksi identitas lokal. Di dalam kirab pusaka ada sesuatu yang dipertontonkan. Kirab dimulai dari rumah dinas wakil bupati dengan menampilkan pusaka kabupaten: tombak Kiai Genjring, keris Kiai Nala Praja, keris Kiai Gajah Endra, dan kitab Stambul.

Seperti kegiatan resmi lain di Indonesia, kirab dibuka dengan upacara dan pemberian sambutan, tetapi tidak terlupa pula pertunjukan tarian tradisional Banyumas.

Pusaka daerah yang terdapat di depan barisan dibawa dengan penuh khidmat kemudian disusul berturut-turut oleh lambang kabupaten, umbul-umbul, empat pusaka, gambar dan foto para bupati Banyumas dari masa ke masa, serta kereta kuda yang mengangkut representasi putra-putri wisata (kakang dan mbekayu).

Di dalam barisan kirab juga terdapat kelompok-kelompok yang menampilkan beragam suguhan kesenian yang dianggap merepresentasikan kesenian khas Banyumas, dengan mengenakan ragam pakaian tradisional pilihan masing-masing.

Dengan begitu, peserta parade tampil membawa simbol masa lalu yang unik untuk ditonton banyak orang. Pengalaman menonton Kirab Budaya adalah pengalaman membedakan penonton dan peserta parade.

Penonton mewakili kehidupan sehari-hari, biasa, masa kini, sementara peserta parade mewakili peristiwa sekali waktu, unik, lampau. Lewat perbedaan tersebut, penonton akan memaknai dan membayangkan bahwa itulah yang disebut sebagai “kebudayaan Banyumas”.

Jangan lupa bahwa barisan kirab bukanlah entitas tunggal. Ia berada di jalanan, sebuah unsur penting untuk memaknai parade. Makna dan hidupnya parade di sebuah kota bergantung pada rute yang diambilnya.

Rute kirab pusaka adalah pusat bisnis dan komersial (central business district-CBD) Kota Purwokerto, yaitu Jalan Jenderal Soedirman. Dengan rute itu, dapat terlihat bahwa kirab pusaka tidak lepas dari bayangan kota sebagai titik utama konsumerisme modern.

Industri kebudayaan

Dengan melibatkan industri kebudayaan di dalamnya, kota menjadi episentrum tempat memancar dan mengalirnya simbol-simbol identitas.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved